Renungan Minggu, 18 Agustus 2013 – HUT Republik Indonesia
Beverly R. Gaventa dalam tulisannya yang berjudul Texts for Preaching Year C menyatakan bahwa Lukas 12:49-53 merupakan salah satu kelompok dari perkataan-perkataan Yesus yang “keras” dalam kitab Injil. Gaventa menyatakan: “the statements that Jesus came to bring fire, a distressful baptism, and division, even among families, are hardly welcome words for any congregation. We are happier with Jesus as a peacemaker than as a home breaker.”
Perkataan Yesus di Lukas 12:49 “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!”, merupakan ungkapan yang harus disikapi dengan serius. “Api” dalam Alkitab seringkali digambarkan sebagai penghakiman/penghukuman. Dengan demikian, kedatangan Yesus ke dalam dunia adalah membawa penghakiman ilahi. Makna “api” menunjuk pada pemisahan, kekudusan dan iman, tetapi juga kepada penghakiman ilahi.
Inkarnasi dan kehidupan Yesus sebagai manusia telah menimbulkan pertentangan dan penghakiman. Pertentangan dan penghakiman terhadap diri Yesus ini sesuai dengan perkataan Simeon saat ia mengendong bayi Yesus: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan”.
Kelahiran dan kematian Kristus justru dimaksudkan untuk menghadirkan damai sejahtera dan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Tetapi, bagi mereka yang menolak kematian Kristus, maka damai sejahtera Allah tidak tinggal di dalam hati mereka, sehingga timbullah sikap permusuhan dan kebencian. Sebab penolakan mereka terhadap kematian Kristus, berarti penolakan terhadap pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Karena itu mereka kehilangan damai sejahtera yang menyebabkan mereka membenci dan memusuhi para anggota keluarga yang percaya kepada karya penebusan Kristus.
Tinggalkan Balasan