Renungan Minggu, 22 September 2013
Ada sebuah kalimat bijak yang mengatakan, “Setiap orang yang menyebut dirinya Kristen harus memberikan dampak positif bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.” Ungkapan ini hendak menegaskan kepada kita bahwa iman kepada Kristus harus menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
Kasih kepada Allah diwujudkan melalui kasih kepada sesama. Kesetiaan dalam melaksanakan kehendak Allah tampak dalam sikap kita memperlakukan sesama. Kualitas relasi dan perlakuan kita pada sesama menunjukkan kualitas relasi kita dengan Allah. Bagaimana mungkin kita dapat berkata bahwa kita mengasihi Allah yang tidak terlihat oleh mata kita, sedangkan kepada sesama yang terlihat kita tidak menunjukkan kasih kita? (bandingkan 1 Yohanes 4:12, 20-21).
Di dalam keseharian kita, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Oleh sebab itu, setiap aspek kehidupan kita dalam berelasi dengan sesama harus menjadi sarana bagi kita untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Allah. Allah memuji umatNya yang tekun dalam doa dan ibadah, tetapi yang lebih utama ialah bagaimana doa dan ibadahnya itu memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama.
Keselarasan perkataan dan perbuatan kita setiap hari, sebagai cerminan persekutuan kita dengan Yesus, adalah melodi yang indah di telinga orang-orang yang ada di sekitar kita. Berjalan bersama Yesus meninggalkan jejak kaki (keteladanan) untuk diikuti orang lain. Kita harus terus berupaya menjadikan kehidupan kita memberikan dampak positif bagi kehidupan orang lain di sekitar kita. Dengan demikian, kita akan mempunyai kehidupan yang menghidupkan orang lain. Iman dan perbuatan menjadi nyata. Kasih kepada Allah menemukan bentuk konkretnya dalam kasih kepada sesama.
Tinggalkan Balasan