Renungan Minggu, 17 Juni 2018
Takutkah Anda akan hari tua? Ini adalah pertanyaan reflektif yang penting bagi setiap orang. Saat seseorang berumur belasan tahun, mungkin dengan lantang akan menjawab: “Siapa takut?”. Mengapa? Karena masa tua masih jauh di mata, hidup terasa panjang, masa tua bukanlah bagian dari pemikiran.
Tetapi ketika seseorang memasuki usia 30 tahun, maka mulailah masa untuk berpikir tentang hari tua. Tak jarang, produk-produk anti penuaan (anti aging) untuk wajah, rambut, kesehatan fisik, aneka jenis vitamin, menyasar orang-orang berusia ini. Memasuki usia 40 dan 50 tahun, ada orang-orang yang kuatir mengenai masa tuanya, kehidupan anak-anak nanti tanpa mereka maupun kehidupan mereka nanti tanpa anak-anak.
Tak jarang, pada masa ini, ada orangtua yang tetap mencampuri sedetail mungkin kehidupan anak, karena ketidaksiapannya melepas anak, tetapi terlebih karena kesiapannya ditinggal anak yang semakin dewasa, bahkan kemudian menikah dan memiliki kehidupan sendiri.
Ketika memasuki usia tua, seseorang dapat menja tdi gentar dan tak siap dengan kondisi yang begitu berubah. Perubahan fisik yang semakin dipenuhi kerutan, daya ingat yang semakin menurun, pekerjaan atau aktifitas yang sudah semakin ketinggalan zaman dan tergantikan, dapat menjadikan seseorang stress menghadapi hari tua.
Usia tua, seringkali disebut sebagai: ‘lanjut usia’ yang disingkat menjadi lansia, orang-orang senior, sepuh, dan sebagainya. Tak jarang sebutannya juga adalah ‘usia indah’. Walau demikian, usia yang indah tentu bukan hanya pada saat hidup di masa tua, melainkan setiap usia umat adalah masa indah umat bersama dengan Tuhan.
Dalam Minggu ini, sebuah tema mengenai kehidupan yang terus dipelihara Tuhan sampai masa tua, kiranya menjadi penguat, motivasi, dan inspirasi bagi umat yang telah memasuki usia senja, maupun menyiapkan umat memasukinya.
(Dian Penuntun Edisi 26).
Tinggalkan Balasan