Renungan Minggu, 13 Juni 2021
Sepertinya akan terus membekas ingatan, bahwa Fried rich Wilhelm Nietzsche, seorang anak pendeta gereja Lutheran, yang dibesarkan dalam tradisi yang saleh, dan akhirnya menjadi seorang filsuf, justru melontarkan kritik tajam terhadap kekristenan. Nietzsche mengkritik bahwa moralitas Kristen tidak ubahnya sebagai moralitas budak yang hanya membuat manusia bermental lembek. Hal ini disebabkan bahwa moralitas Kristen mengajarkan ajaran kasih, pengampunan, mengasihi musuh, dan tidak melakukan pembalasan.
Maka dari itu, bagi Nietzsche, moralitas budak harus dilawan dengan apa yang disebutnya sebagai moralitas tuan. Apakah moralitas tuan itu? Moralitas tuan adalah pusat kehendak untuk berkuasa, moralitas tuan mengesahkan adanya kekuatan dan kekuasaan. Moralitas Kristen tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak diperlukan lagi! Moralitas tuan akan melahirkan manusia baru yaitu manusia yang memiliki kekuasaan. Dengan kata lain, siapa yang kuat, dialah yang menang!
Terhadap kritik tajam ini, iman Kristen menghadapinya dengan sebuah sikap jelas bahwa tidak akan pernah memberi kata sepakat dan sependapat. Apa jadinya jika kelangsungan kehidupan manusia di dunia ditentukan oleh pertarungan hukum rimba yang tak segan melibas siapapun dan tanpa ampun? Manusia dapat menjadi predator bagi sesamanya karena untuk bertahan hidup harus membunuh dan “memakan” yang lain.
Kehidupan tidak didesain sebagai lahan cinta namun membangun panggung kuasa, perang antar anak manusia menjadi warisan turun temurun yang masih jauh dari kata usai, dan pada akhirnya akan melahirkan orang-orang kuat atau “manusia super” yang menahbiskan diri sebagai pemenang. Para pemenang masih bisa bertarung sampai ada pemenang tunggal dan pemenang tunggal pun lama kelamaan akan mati karena naturnya. Hukum rimba adalah hukum kebinasaan! Menempatkan kekuatan dan kekuasaan sebagai faktor penentu kehidupan adalah tak ubahnya merakit bom waktu yang dapat meledak pada waktunya dan membinasakan yang merakitnya.
Iman Kristen memahami bahwa kehidupan ini sebagai anugerah Tuhan sehingga harus dihidupi dengan anugerah Tuhan pula. Memberlakukan kasih dan pengampunan adalah model menghidupi kehidupan ini dengan anugerah tersebut. Spiritualitas Kristen adalah spiritualitas Yesus Kristus yaitu spiritualitas kehambaan dan bukan kekuasaan. Menghayati hidup sebagai anugerah Tuhan adalah menyakini bahwa hidup ini memang digerakkan oleh kedaulatan Tuhan, bukan kedaulatan otoriter melainkan kedaulatan cinta kasih bagi umat-Nya. Kedaulatan Tuhan adallah jalan kehidupan. (Dian Penuntun 32).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- –
- –
- –
- –
- –
- –
Tinggalkan Balasan