Renungan Minggu, 21 Agustus 2016
Kristus bukan saja mengajar (menghidupi ajaran yang sehat), beribadah (menekuni kesalehan yang tulus), tetapi Ia juga melepaskan ikatan penghambat hidup (melakukan tindakan kasih yang nyata berangkat dari iman dan kesalehan). Ketiganya dihidupi selaras dan saling mengisi serta berbuah dalam pembaruan hidup orang-orang yang dijumpai-Nya.
Kabar baik dalam pemberitaan firman: “Tuhan melepaskan”. Apa yang dilepaskan oleh Tuhan? Ikatan-ikatan yang menghambat orang untuk menjalankan hidupnya sebagai seseorang yang hidup dalam keberlimpahan anugerah Allah.
Orang-orang yang menerima kabar baik itu, segera dipelengkapi-Nya dengan segala yang baik dan perlu sesuai rencana-Nya, untuk pada akhirnya tidak lagi menunda-nunda apa yang dikerjakan sebagai orang yang telah dilepaskan karena cinta dan belas kasih-Nya. Itu berita panggilan-Nya.
Karena persekutuan dengan Kristus, sang Pengantara perjanjian baru, umat mendapatkan akses untuk menjumpai Allah yang penuh anugerah itu. Meski demikian, panggilan untuk menanggapi anugerah itu dengan serius, tetap ditegaskan (Ibrani 12:25-29). Ada arahan panggilan untuk bersedia menerima firman-Nya, sebagai bagian dari pemurnian yang dikerjakan Allah dalam kerajaan-Nya yang tidak tergoncangkan itu.
Menanggapi Kelepasan dari ikatan yang menghambat yang disediakan Allah melalui karya Kristus bukan dengan penolakan, tetapi dengan kesediaan menjalankan hidup sebagai sebuah ibadah yang dipenuhi ucapan syukur penuh cinta yang merendahkan hati, kepada Allah Sang Pelepas dan Pemurni hidup. (Dian Penuntun, Edisi 22).
Tinggalkan Balasan