Renungan Minggu, 4 Februari 2018
Saat ini kita menemukan bagaimana agama dan Tuhan seolah-olah telah menjadi komoditas di negri ini. Ia diperjualbelikan tergantung apakah menguntungkan atau tidak. Tuhan Yang Mahakuasa direndahkan sedemikian rupa, untuk melayani kepentingan orang-orang tertentu.
Situasi ini tidak hanya terjadi di tengah-tengah gaduhnya percakapan di seputar politik, mulai dari gedung parlemen sampai warung-warung kopi, namun juga terjadi di kalangan yang menyebut dirinya Kristen dan gereja. Maka tidak heran muncul kelompok yang lain, yakni orang-orang yang merasa tidak ada faedahnya untuk percaya kepada Tuhan. Entah apakah Tuhan ada atau tidak, tidaklah penting.
Setiap orang bertanggungjawab pada hidupnya sendiri. Sikap apatis dan skeptis ini tentu merugikan siapapun. Bagaimanapun ada saat di mana setiap orang membutuhkan Tangan yang lebih besar dan Mahakuasa, untuk mengangkatnya saat ia berada di titik terendah dalam hidupnya. Hidup yang getir dan hampa menuntut jawaban, yang tak mungkin dapat ditemukan sekalipun dalam kelimpahan materi dan tingginya jabatan.
Allah hadir di tengah-tengah manusia melalui Yesus Kristus. Melalui Kristus, Allah mengulurkan tangan-Nya merengkuh setiap orang. Inilah kabar baik yang terlalu besar untuk disimpan sendiri. Sebagai orang yang telah mengalami kehadiran Allah, kita dipanggil untuk menyatakan kabar baik itu. Bukan hanya itu. Kehidupan Kristus sepatutnya menjadi model kehidupan kita, sehingga banyak orang mengerti kabar baik yang dimaksud. (Dian Penuntun Edisi 25).
Tinggalkan Balasan