Renungan Minggu, 23 Oktober 2011
Sering terdengar kalimat yang berbunyi, ”Lebih mudah mengasihi Tuhan daripada mengasihi manusia!” Menurut mereka, Tuhan tidak pernah mengkritik bagaimana saya mengasihi Dia, karena Ia melihat hati saya yang tulus. Tetapi manusia seringkali mengkritik dan menggosip sesamanya. Benarkah pandangan ini?
Alasan di atas ada benarnya. Kadang konflik yang terjadi antar sesama bukan karena kejahatan yang terencana, tetapi lebih sering terjadi karena kesalah-pahaman dalam mengartikan sikap dan tindakan sesama. Ketika terjadi kesalah-pahaman bukan langsung dikonfirmasikan terhadap orang yang bersangkutan, melainkan menceritakannya kepada orang lain ditambah dengan luapan kemarahan dan kekecewaan. Sehingga kesalah-pahaman menjadi semakin mendalam dan melebar, karena melibatkan banyak orang. Dalam kondisi seperti ini, kekudusan umat Allah menjadi ternodai.
Kasih dan Kudus adalah dua sifat Allah yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Allah mengasihi kita di dalam kekudusanNya. Di dalam kekudusan Allah baru kita dapat mengasihi sesama dengan benar, karena kasih di dalam kekudusan Allah tidak belat-belit; kasih Allah tidak ada kepura-puraan, tidak ada pamrih, tidak ada keterpaksaan dan kasih itu menutupi kelemahan.
Bulan ini adalah bulan keluarga. Mari kita mengintrospeksi keluarga kita masing-masing. Di dalam keluarga kita, masih adakah kritikan pedas yang menusuk dan melukai hati antar anggota keluarga? Masih adakah kesalah-pahaman satu dengan lainnya? Masih adakah keegoisan dalam berbagi kasih satu dengan yang lain? Masih adakah kebiasaan menceritakan keburukan dan kelemahan anggota keluarga kepada pihak luar? Kasih yang benar adalah kasih yang hidup di dalam kekudusan Allah.
Tinggalkan Balasan