Renungan Minggu, 24 Juni 2012
Danau Galilea adalah sebuah danau yang berada di tengah lembah Yordan, dan dikelilingi bukit-bukit. Di bagian timur berjurang-jurang, di bagian barat agak landau, di bagian utara dan selatan terdapat daratan. Hal ini membuat danau Galilea sering memperoleh angin kering yang meniup turun, dan badai yang datang secara tiba-tiba. Itu sebabnya, danau Galilea terkenal dengan badainya. Badai itu sering datang secara tiba-tiba dari kejauhan, dan benar-benar mengguncang serta menakutkan. Orang yang berlayar menyeberang danau ini harus selalu siap berhadapan dengan badai yang datangnya secara tiba-tiba.
Para murid mengalami badai tersebut (ayat 37) ketika mereka sedang bertolak ke seberang. Sementara itu, Yesus tidur di buritan di atas tilam: Sebuah tempat di dalam kapal, yang disediakan untuk orang asing yang terhormat. Reaksi para murid adalah takut. (Ayat 38 dipertegas dengan ayat 40). Ini adalah hal yang wajar. Takut adalah realitas yang tak terhindarkan, dan yang ada pada setiap orang. (Rasa) takut adalah mekanisme penyelamat, yang otomatis segera bekerja begitu orang merasa terancam, tidak merasa aman, atau tidak memiliki kepastian.
Apa yang harus dilakukan para murid ketika dalam ketakutan? Datang kepada Yesus! Hasilnya? Angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Apa artinya buat kehidupan kita? Badai hidup bisa datang kapan saja dalam hidup kita, dan membuat kita menjadi takut. Siapa yang bisa kita andalkan? Tuhan saja, tidak ada yang lain. Ia berkuasa atas badai hidup yang kita hadapi. Pernyataan Yesus di ayat 40 mau menegaskan kepada kita supaya kita percaya sungguh-sungguh kepada Dia.
Tinggalkan Balasan