Renungan Minggu, 9 Juli 2017
Di minggu ini, kita diajak untuk mengenal, terbuka dan peka terhadap cara-cara Tuhan bersentuhan dengan hidup kita. Ketika seorang Kristen menghadapi masalah yang berat dan berusaha menyelesaikannya, tidak jarang kita mendengar ia berkata, “Saya pakai cara Tuhan saja.” Sepintas lalu, tidak ada yang salah dengan ungkapan tersebut. Bahkan, seolah-olah, kalimat seperti itu wajib diucapkan oleh setiap orang beriman. Benarkah demikian?
Ya, hanya jika kita memang sungguh-sungguh bersedia mengikuti cara Tuhan. Jika tidak, ungkapan seperti itu justru akan menjadi topeng untuk menutupi ketakutan karena kurangnya iman, sekaligus menjadi kendaraan untuk melarikan diri dari situasi yang seharusnya dihadapi.
Misalnya, seseorang yang didiagnosa menderita penyakit yang serius dan dianjurkan untuk melakukan operasi, namun ia takut dan tidak bersedia menjalani pembedahan, lalu berkata, Tidak. Saya tidak perlu menjalani operasi. Saya pakai cara Tuhan saja!”
Sikap seperti inilah yang lebih sering kita jumpai pada orang-orang Kristen masa kini hanya berharap mukjizat dari Tuhan, namun tidak terbuka terhadap cara yang Tuhan sediakan baginya.
Tentu saja, kita berharap Tuhan hadir dalam hidup kita dan menolong kita menghadapi masalah kita. Namun, ini tidak berarti bahwa kita boleh melepaskan tanggung jawab kita dan melemparkannya begitu saja kepada Tuhan. Tuhan justru mengajak kita memikul beban kita bersama-sama dengan Dia, dengan cara-cara yang berkenan kepada-Nya. Pesan inilah yang hendak disampaikan melalui bacaan leksionaris Minggu ini. (Dian Penuntun Edisi 24).
Tinggalkan Balasan