Renungan Minggu, 8 Januari 2012
Jarak yang dekat tidak menjamin kepekaan seseorang terhadap anugerah dan keselamatan yang disediakan Allah. Umat Israel waktu itu tidak menyadari kedatangan Yesus selaku Mesias Allah yang lahir di Betlehem, sehingga mereka tidak memberi respon iman yang seharusnya. Sebaliknya, orang-orang Majus yang statusnya bukan umat Allah dan tinggal begitu jauh dari tanah Israel, justru mampu menyadari kedatangan Yesus selaku Mesias Allah.
Sama seperti Israel, umat Kristen sering tidak menyadari akan kasih Allah yang berlimpah-limpah menaungi mereka, walaupun sesungguhnya kita sedang hidup di dalamnya. Spiritualitas kita seperti seekor ikan yang sering bertanya dengan gelisah di mana dan bagaimanakah wujud air itu, padahal saat itu dia sedang hidup dalam air. Melalui Kristus yang adalah ”Allah menyertai kita” (Imanuel) sering tidak kita sadari – walaupun Allah berada begitu dekat, dan sesungguhnya kita sedang hidup di dalamnya. Namun, karena merasa Allah begitu jauh dan meninggalkan kita, kita merasa hidup dalam kegelapan, kesendirian dan tanpa pertolongan Allah.
Anugerah kasih Allah bukan suatu hal yang abstrak dan spekulatif. Melalui inkarnasi Kristus, anugerah kasih Allah menjadi wujud yang personal dan nyata. Karena itu, melalui pengenalan dan iman kita kepada Kristus, seharusnya kita senantiasa melihat kehadiran Terang Allah. Di dalam iman kepada Kristus, seharusnya kita melihat jalan keselamatan yang telah disediakan Allah. Inilah langkah hidup yang telah ditempuh oleh orang Majus dan rasul Paulus, sehingga pada waktu mereka menghadapi kesulitan hidup, pandangan mereka tetap tertuju kepada Terang Kristus. Daya tahan umat Tuhan dalam menghadapi kesesakan hidup merupakan tanda bahwa Terang Kristus menguasai seluruh kehidupan umat.
Tinggalkan Balasan