Renungan Minggu, 4 Januari 2015 – Minggu Epifani
Sebagai murid-murid Kristus, umat Kristen (seharusnya) turut menyatakan tanda-tanda Kerajaan Allah, dan turut mengundang segala makhluk untuk hidup di dalam anugerah Kerajaan Allah (band. Mrk. 16:15). Di tengah kehidupannya, ia (seharusnya) melakukan apa pun “dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah” (Kol.3:17). Melalui perannya masing-masing di tengah kehidupan sehari-hari, ia adalah terang yang memandu dunia kepada Terang Dunia yang sejati, Yesus Kristus. Sebagaimana ditulis dalam Yoh. 8:32, Yesus berkata, “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Pada bagian lain Yesus pun berkata kepada para muridNya, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:14-16).
Pada Minggu Epifani ini, umat diajak menghayati kembali jatidirinya sebagai terang dunia di dalam Tuhan Yesus. Kita tahu, jatidiri manusia sebagai ciptaan Allah yang baik telah rusak oleh perilaku dosa. “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Namun, “oleh kasih karunia, (semua orang) telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Rm. 3:23-24). Di dalam Yesus, jatidiri kita telah dibarui. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17). Selanjutnya, sebagai ciptaan baru, kita pun diutus untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Tak ada alasan bagi kita, orang yang mengaku murid Kristus, untuk tidak hidup memancarkan terang yang memandu dunia kepada kemuliaan Allah di dalam Kristus.
Kisah Orang-orang Majus dari Timur (Mat. 2:1-12) yang dibaca pada Minggu Epifani mengungkapkan bahwa Tuhan Yesus Kristus ‘menampakkan diri’ (epiphaneia) sebagai Juruselamat dunia bagi segala bangsa, bukan hanya bagi bangsa Yahudi. Inilah yang Rasul Paulus nyatakan sebagai “rahasia Kristus”: Bahwa Injil Kristus menyelamatkan tidak hanya orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang bukan Yahudi (Ef. 3:1-6). Dalam Roh-Nya yang kudus, Allah melalui segala cara, termasuk melalui fenomena alam seperti penampakan bintang, memancarkan terang-Nya sehingga segala bangsa datang sujud menyembah dan memuliakan Kristus. Di sini, jika memakai bahasa Yesaya 60:1-3, kita dapat mengatakan bahwa Kristuslah Terang yang datang itu, dan bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada-Nya. Allah juga memberdayakan setiap murid Kristus untuk memancarkan terang Injil Kristus. Demikianlah, rancangan khotbah ini menyerukan sebuah panggilan perutusan supaya setiap murid Kristus berperan aktif di tengah kehidupannya sehari-hari sebagai terang yang memandu dunia kepada Yesus Kristus. (Dian penuntun Edisi 19).
Tinggalkan Balasan