Renungan Minggu, 29 Mei 2022 – Paskah VII
Hari Minggu ini, kita memasuki Minggu Paskah VII. Hari Minggu depan, kita akan merayakan Hari Pentakosta, Artinya pembacaan Alkitab dan khotbah masih berpusat pada karya kebangkitan Yesus. Tetapi, kalau, kita memperhatikan bacaan hari Minggu ini, Yohanes 17:20-26, sepertinya kita sedang diajak kembali ke masa Pra-Paskah, masa sebelum Yesus di salib, mati, dan bangkit.
Sekalipun Yesus sedang diperhadapkan dengan salib dan kematian, Yesus memiliki keyakinan masa depan, yaitu adanya orang-orang percaya karena pemberitaan Injil murid-murid-Nya. Yesus berdoa. “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka: …..” (Yoh. 17:20).
Keyakinan dan doa-Nya menjangkau (dunia dan manusia) masa depan. Yesus mendoakan kesatuan murid-murid-Nya. “…; supaya mereka menjadi satu, …” (Yoh. 17:21). Karena Yesus mempunyai pengharapan bahkan tujuan “…, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Atau “…, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku …” (Yoh. 17:21, 23).
Jika Yesus berdoa untuk kesatuan murid-muridnya dan orang-orang percaya atau Gereja-Nya maka sudah sepantasnya orang-orang percaya atau Gereja bergumul bahkan meratapi perjalanannya yang diwarnai dengan pertikaian bahkan perpecahan dan berani berkata tidak terhadap berbagai tindakan siapapun atau apapun yang ingin memecah belah tubuh Kristus.
Karena apapun bentuk pertikaian dan perpecahan orang-orang percaya atau Gereja sudah dan akan terus menjadi kesaksian yang Injil tidak bisa diberitakan dengan benar dijemaat manapun yang terpecah atau tidak merupakan kesatuan. Dunia tidak bisa diinjili oleh Gereja yang bersaing. Sebaliknya, kesatuan Gereja akan menjadi kesaksian yang membuka mata dan membuat dunia melihat dan percaya atau tahu siapa sesungguhnya Yesus, Yang diutus oleh Allah, Bapa-Nya.
Dengan semangat Paskah, orang-orang percaya atau Gereja perlu menghidupi Gereja yang Esa atau kesatuan yang satu adanya dengan menghidupi misi Gereja yang bersahabat, berkolaborasi, dan bersinergi sehingga menjadikan dunia sebagai rumah bersama yang layak diselamatkan. (Dian Penuntun Edisi 33)
Tinggalkan Balasan