Renungan Minggu, 14 April 2019 – Minggu Prapaskah VI
Ketika hoaks dan radikalisme dibiarkan merajalela, hoaks dan radikalisme akan dianggap sebagai kebenaran. Sayangnya saat ini banyak orang diam ketika hoaks dan radikalisme beredar. Bahkan banyak orang tetap memilih diam sekalipun tahu bahwa hoaks dan gerakan radikalisme berkembang melalui media sosial atau telah menyebar di tengah masyarakat. Dampak hoaks dan radikalisme adalah hilangnya hidup damai. Bila damai hilang akibat hoaks dan radikalisme, masihkah akan diam?
Yesus masuk ke Yerusalem untuk memberitakan damai sejahtera Allah. Murid-murid yang mengikuti-Nya ikut serta menyerukan berita perdamaian Allah. Namun apa yang digemakan Yesus dan murid-murid-Nya ditentang oleh orang-orang Farisi. Mereka meminta Yesus membungkam para murid ketika berseru menyambut datangnya raja damai. Yesus datang untuk menyatakan damai sejahtera Allah. Damai sejahtera itu terkadang mengharuskan terjadinya perombakan, gejolak dan resiko. Yesus siap dengan semua itu. Masuknya Yesus ke Yerusalem benar-benar ingin menegakkan nama Yerusalem (Yairu-Syaloom), tempat di mana damai benar-benar ada. Yesus meminta semua murid menyuarakan damai. Artinya jadilah umat yang aktif. Bersikap pasif, diam dan abai menyerukan perdamaian melahirkan kekacauan.
Minggu Palma tahun 2019 ini dihayati selang beberapa hari menjelang Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Apa yang akan disuarakan umat di bilik suara? Jangan diam, gunakan suara Anda secara bertanggung jawab. Pilihlah sesuai hati nurani, yaitu hati yang diterangi cahaya (Arab: nur) Allah sehingga mampu memilih calon-calon yang mengusung kebenaran, keadilan, keutuhan ciptaan. Sepulang dari menentukan pilihan di bilik suara, tetaplah bersuara, jangan diam. Suarakan berita damai melalui seluruh hidup.
Melalui khotbah Minggu ini Palma ini. Umat diharapkan memahami makna kisah Yesus masuk Yerusalem sebagai cara Allah menyatakan perdamaian melalui seluruh hidupnya. (Dian Penuntun Edisi 27).
Tinggalkan Balasan