Renungan Minggu, 8 Oktober 2017
Status yang melekat dalam diri seseorang dapat diperoleh secara otomatis atau melalui suatu usaha yang dilakukan. Ketika seseorang berhasil memperoleh sebuah status, maka secara tidak langsung sebetulnya ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga supaya dirinya betul-betul menggambarkan status tersebut. Misalnya, dalam sebuah kontes ratu kecantikan dunia, seorang yang memenangkan kontes tersebut harus memiliki kehidupan yang sesuai dengan status yang dimilikinya. Sebagai seorang ratu kecantikan, harus memiliki kehidupan yang cantik, bukan penampilan luar saja, melainkan kehidupan sehari-harinya yang mencerminkan kebiasaan dan karakternya juga turut diperhatikan. Selain itu, ratu kecantikan juga memiliki misi khusus dari lembaga yang mengutusnya untuk diwujudkan di lingkungan sekitar, bahkan dunia.
Sebagai pengikut Kristus, tentu saja status yang melekat dalam diri kita tersebut juga mengandung makna khusus. Sebagai pribadi maupun komunitas, baik sebagai keluarga dan gereja, kita memiliki tanggung-jawab untuk memiliki kehidupan yang sesuai dengan status yang melekat dalam diri kita. Status pengikut Kristus yang kita miliki mungkin bagi kebanyakan orang diperoleh secara otomatis atau mudah. Kita mesti mengimani bahwa status itu kita peroleh karena ada peran serta Tuhan yang memilih kita. Bahkan dalam iman Kristen, kita memahami bahwa peran serta Tuhan tersebut sangat besar dalam kehidupan.
Perenungan Minggu ini mengundang kita untuk melakukan aksi sebagai wujud respon iman dalam bentuk tanggung-jawab sebagai anak-anak Allah di kehidupan nyata dalam karya nyata. (Dian Penuntun Edisi 24).
Tinggalkan Balasan