Renungan Minggu, 28 Juli 2024 – Ibadah Intergenerasional & Parents Day
Pandemi Covid-19 yang telah berlalu mengajarkan kita banyak hal, salah satunya solidaritas. Di tengah bahaya yang mengancam, banyak orang memiliki kepedulian tinggi kepada sesama yang membutuhkan.
Bagaimana tidak, orang-orang mau membagi makanan kepada keluarga yang melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, padahal bahan makanan saat pandemi menjadi hal yang berharga dan sangat dibutuhkan untuk menjaga tubuh tetap fit dan sehat.
Ada pula yang mau membagikan vitamin, masker, atau hal bermanfaat lainnya. Sikap solider itulah yang akhirnya membuat kita bisa bertahan bersama-sama melalui masa penuh ketakutan itu.
Namun demikian, harus kita akui bahwa dunia modern membuat orang-orang semakin memikirkan dirinya sendiri. Orang semakin mementingkan dirinya sendiri dan tak acuh pada orang lain. Keserakahan menjadi salah satu pemicu utamanya. Rasa takut akan kekurangan menjadi sebab mengapa orang tega melakukan kecurangan dan korupsi.
Suatu kali pernah dilakukan proses hukum pada seorang koruptor, yang akhirnya ketakutan karena asetnya akan disita oleh negara. Bayangkan, ia bisa tidak peduli pada hukumannya, dan lebih takut menjadi miskin dan berkekurangan.
Pada bacaan Injil Minggu ini, terdapat kisah solidaritas yang diawali oleh sebuah ketulusan seorang anak kecil. Kisah mukjizat Yesus memberi makan 5.000 orang ini memiliki unsur solidaritas yang tinggi. Rasa solidaritas itu akhirnya menular dan akhirnya mampu menyelamatkan ribuan perut yang kosong, bahkan menyisahkan dua belas bakul untuk bisa dijadikan bekal perjalanan.
Dunia memang membutuhkan pemulihan dari penyakit yang bernama abai. Kisah mukjizat memberi makan 5.000 orang ini menjadi sebuah cara pandang baru, untuk menyikapi dunia yang semakin dingin dan defisit kepedulian. (Dian Penuntun Edisi 38).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 405:1-3
- PKJ 46:1-3
- KJ 428:1,2,4
- Mazmur 145:10-18
- PKJ 147:1-3
- PKJ 275
Tinggalkan Balasan