Renungan Minggu, 12 Agustus 2018
Persoalan hidup, kadang kala membawa manusia menjadi kehilangan daya hidupnya. Alih-ahli memberi kekuatan, iman kerap kali seperti tidak berdaya dalam realitas kehidupan.
Dalam kurikulum GKI terdapat beberapa tujuan, antara lain: agar umat memiliki iman yang teguh kepada Tuhan yang menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus, mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, lingkungan pekerjaan/studi/di tengah masyarakat, bertahan di tengah godaan, berprinsip, tidak mudah terombang-ambing. Maksud dari iman yang teguh adalah tetap berpengharapan di tengah kesulitan dan pergumulan. Memiliki relasi yang hidup dengan Tuhan. Percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat Mengenal Tuhan sebagaimana disaksikan oleh Alkitab.
Maksud dari mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari berarti memberi makna terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang didialogkan dengan iman kepada Tuhan. Itu berarti, kita meyakini bahwa iman kepada Yesus sebenarnya berdampak dalam kehidupan nyata kita. Bukan iman yang sebatas teori dan dibelenggu oleh ritual semata.
Yesus yang menyatakan diri-Nya sebagai Sang Roti hidup juga dimaksudkan supaya kita memahami bahwa beriman kepada Yesus sesunguhnya mewujud nyata dalam hidup sesehari, seperti halnya gambaran Yesus sebagai roti yang sangat dekat dengan kebutuhan mendasar manusia yaitu makanan. Dengan percaya kepada Sang Roti Hidup, diharapkan manusia dapat mengalami keberadaan Kristus yang memenuhi seluruh keberadaan diri-Nya dan memberi daya hidup. Sang Roti Hidup memang berjanji memberi kehidupan, tetapi kehidupan itu bukan hanya berbicara tentang kekekalan nantinya. Tetapi sejak manusia hidup di dunia ini, ketika mengalami persekutuan sejati dengan Yesus Sang Roti Hidup, maka ia akan memiliki daya hidup. (Dian Penuntun Edisi 26).
Tinggalkan Balasan