Renungan Minggu, 19 Februari 2012
Mengikuti tradisi gereja, minggu ini kita memperingati peristiwa Transfigurasi Yesus, yaitu peristiwa di mana Tuhan Yesus dimuliakan di atas gunung. Injil Markus yang kita gunakan sebagai bacaan leksionaris kali ini dikenal sebagai Injil yang sangat menekankan penderitaan dan kematian salib Kristus. Kesadaran Yesus akan penderitaan dan kematianNya di atas kayu salib sudah ada sejak jauh sebelum peristiwa sengsara itu terjadi. Yesus juga selalu mempersiapkan murid-muridNya menghadapi sengsara yang akan dan harus dijalaniNya. Tetapi para murid sering salah sangka. Mereka tidak mampu menangkap maksud Yesus. Derita dan salib menjadi skandal yang tidak pernah diterima oleh para murid. Ironi ini dilukiskan mulai dari awal hingga akhir Injil Markus.
Peringatan transfigurasi Yesus memberi peluang bagi kesalahpahaman itu. Karena, peristiwa transfigurasi ini memberi kesan yang berlawanan dengan derita dan kematian. Transfigurasi bicara tentang kemuliaan, sementara derita dan salib bicara soal kehinaan. Transfigurasi bicara tentang kesempurnaan, sementara derita dan salib bicara soal kecacatan. Transfigurasi bicara tentang yang ilahi, sementara derita dan salib bicara soal yang manusiawi.
Kehadiran Musa dan Elia dalam transfigurasi tersebut punya makna yang selaras dengan maksud untuk menghubungkan keilahian Yesus dengan penderitaanNya. Musa mewakili hukum Taurat dan Elia mewakili para nabi, keduanya hadir untuk menegaskan kembali ’kepergian Kristus’ yaitu kematianNya di atas kayu salib. Peristiwa transfigurasi Yesus memberikan secercah pernyataan dan harapan tentang kemuliaan Kristus, kemuliaan yang telah dimiliki Kristus sebelum inkarnasiNya dan kemuliaan yang juga akan dimiliki orang-orang percaya ketika bersama dengan Tuhan.
Tinggalkan Balasan