Renungan Minggu, 5 Oktober 2014
Madu itu manis. Kebanyakan dari kita mengenalnya. Selain rasanya manis, madu mengandung berbagai macam elemen gizi yang cukup esensial bagi kesehatan manusia. Karena itu, madu itu ‘enak dirasa dan perlu’. Namun demikian, tidak semua orang menyukai atau pun ingin sekedar mengecapnya.
Dalam mazmur 19:11b, pemazmur menyaksikan bahwa hukum-hukum Tuhan itu “…lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah’. Jadi, dari sisi rasa, Firman Tuhan pasti lebih enak daripada madu, yang paling baik sekalipun. Dari sisi kegunaan, firman Tuhan juga jauh lebih bermanfaat ketimbang madu. Firman Tuhan bermanfaat bagi kehidupan sekarang maupun demi kebahagiaan abadi kelak. Namun, sama seperti terhadap madu, tidak semua orang suka Firman Tuhan. Sebagian, bahkan, mengecapnya pun tidak mau.
Kotbah hari ini ingin mengingatkan umat Tuhan agar makin merindukan Firman Tuhan. Tidak hanya karena mengecap rasa ‘manis’ tetapi juga karena menyadari esensi yang amat penting bagi kehidupan. Firman Tuhan dapat membentuk karakter umat saat ini, agar hidup mereka lebih diperkenan oleh Tuhan, lebih berbahagia, dan menjadi berkat bagi sesama.
Di samping itu, menghayati Firman Tuhan dengan benar pada akhirnya membawa orang kepada Tuhan Yesus Kristus. Dialah kebenaran sejati, yang mendekatkan manusia dengan Allah Bapa melalui kematianNya di kayu salib. Perubahan radikal pada diri kita akan terjadi kalau kita dapat bertemu dan bersekutu dengan Tuhan Yesus yang hidup, hari lepas hari, saat demi saat, karena Dialah Firman Tuhan sejati.
Tinggalkan Balasan