Renungan Minggu, 23 Mei 2021 – Pentakosta
Pernahkah kita berada pada satu titik tak lagi mampu merangkai kata sedikit pun untuk mengucapkan doa kepada Allah karena beban berat yang sudah menindih kita? Kondisi ini tak hanya kita lalui sesaat saja namun dalam kurun waktu yang lama. Sehingga hampir padam. Hampir padam berarti belum benar-benar padam. Apa yang membuat pengharapan kita tidak padam tidak lain karena Roh Kudus.
Roh kudus ada disamping kita. Menemani kita saat tetesan air mata membasahi pipi kita, bahkan Dia lah yang telah mengusap lembut pipi kita untuk menghapus tetesan air mata. Roh Kuduslah yang juga berkarya untuk memberikan pengharapan kepada kita agar tidak pernah benar-benar padam. Namun agar kesemuanya itu nyata dibutuhkan kesediaan kita untuk tunduk pada bimbingan-Nya.
Seperti pada murid Tuhan Yesus yang sedang berkumpul di sebuah tempat dan kemudian Roh Kudus hadir dalam wujud suara seperti tiupan angin keras dan lidah-lidah seperti nyala api yang hinggap pada setiap orang yang berkumpul di tempat itu. Bukankah setelah itu mereka tak lagi mengedepankan diri mereka melainkan tunduk kepada karya Roh Kudus. Bahasa yang dikaruniakan atas setiap mereka itulah yang dipakai mereka untuk berkata-kata. Dan apa yang mereka ucapkan adalah berdasarkan apa yang Roh Kudus nyatakan kepada mereka.
Maka mereka yang pada awal-awalnya setelah kematian Tuhan Yesus telah bangkit mereka masih dalam ketakutan. Namun sejak mereka dipenuhi Roh Kudus dan mereka mengikuti gerakan Roh Kudus ketakutan itu sirna dan hidup mereka dipulihkan dan bahkan menjadi saksi Tuhan Yesus yang luar biasa. (Dian Penuntun 31).
Tinggalkan Balasan