Renungan Minggu, 15 Mei 2016 – Pentakosta
Pada umumnya, orang Kristen mengenal hari Pentakosta sebagai hari turunnya Roh Kudus dan sering melupakan bahwa hari Pentakosta adalah salah satu dari tiga hari raya orang Yahudi yang wajib untuk dirayakan (lihat Ulangan 16). Dua hal yang disyukuri orang Yahudi dalam hari raya Pentakosta adalah peristiwa pemberian Taurat kepada Musa di gunung Sinai dan berkat Tuhan atas tanah, yaitu pertanian. Oleh karena itu, semua pria Yahudi yang berada dalam radius 20 mil dari kota Yerusalem harus datang dan berkumpul di kota itu. Pada peristiwa Pentakosta Yahudi itu, Roh Kudus turun dan memenuhi para murid. Gereja mengadopsi hari raya Pentakosta umat Yahudi ini menjadi hari peringatan turunnya Roh Kudus atas orang percaya dan hari lahirnya gereja.
Karya Roh Kudus sesungguhnya tidak hanya dimulai pada hari Pentakosta. Roh Kudus sudah ada pada mulanya. Kejadian 1:2 mengatakan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Hal ini menegaskan bahwa Allah adalah Roh. Keberadaan Allah yang adalah Roh yang ada sejak awal. Kesatuan Roh Kudus dengan Allah penting untuk ditegaskan untuk mengkoreksi paham bahwa karya Allah itu terjadi secara bertahap. Tahap pertama seperti yang terdapat dalam Perjanjian Lama, Allah yang berfirman secara langsung. Tahap kedua adalah masa Tuhan Yesus yang berkarya di tengah dunia dari lahir sampai Tuhan Yesus naik ke Sorga. Tahap ketiga yaitu masa Roh Kudus, sejak Pentakosta sampai sekarang ini. Pola pikir itu tidak mencerminkan kesatuan Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Khotbah ini bermaksud untuk mengingatkan kembali tentang peran Roh Kudus dalam kehidupan umat manusia, yang telah ada sejak awal, dan akan tetap ada sampai selama-lamanya. Dengan dasar pemahaman ini, umat diajak untuk melihat bukti nyata karya Roh Kudus dalam hidupnya, baik sebagai pribadi maupun sebagai gereja, sehingga umat tidak lagi menjadi kuatir tetapi percaya dan menjadi kuat melakukan pekerjaan Kristus di tengah dunia ini. (Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan