Renungan Minggu, 24 Maret 2024 – Pra Paskah VI
Minggu terakhir atau Minggu keenam dalam masa Pra Paskah disebut juga dengan nama Minggu Palmarum/Palma dan Minggu Sengsara. Pada Minggu ini kita mengingat serta merayakan Yesus yang masuk ke Yerusalem, dan akan menjalani hari-hari terakhir-Nya menuju salib. Pada momen masuknya Yesus ke Yerusalem inilah, kita bisa melihat ada dua bentuk makna damai yang bertentangan. Kedamaian sejati yang dibawa Kristus sebagai Raja Damai, dan kedamaian semu yang ditegakkan Kekaisaran Romawi. Pax Christi dan Pax Romana.
Sampai saat ini, kita masih dapat melihat praktik-praktik Pax Romana, yakni pendekatan kekuasaan dan kekerasan untuk mengontrol dan membungkam pihak-pihak tertentu. Ada orang-orang yang mencari pengakuan dengan melanggengkan status quo, kekerasan, represi, diskriminasi; yang ternyata juga dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Kristen. Sepanjang sejarah, negara-negara yang mengaku Kristen menginvasi menjajah menancapkan kekuasaan dengan senjata, yang bertujuan untuk perdamaian katanya.
Dalam dunia kerja ada pengusaha yang membungkam buruhnya dengan ancaman, atasan yang menekan bawahannya untuk mencapai target. Bahkan dalam keluarga, orang tua menuntut anaknya patuh dengan pendekatan kekuasaan. Maksudnya mungkin baik agar anak ini tidak menjadi anak yang suka melawan dan memberontak, tetapi caranya adalah dengan menutup kesempatan bagi anak untuk mengembangkan diri. Anak tidak diberi ruang untuk mengutarakan pendapatnya. Inilah “perdamaian” ala Pax Romana; Perdamaian dengan kekuasaan, kekerasan, dan represi.
Sebaliknya Pax Christi adalah damai yang sejati. Yesus Kristus menghadirkan kerajaan damai sejahtera, karena Ia hadir untuk menegakkan keadilan dan perdamaian tanpa kekerasan, mengasihi semua orang tanpa diskriminasi, memberdayakan orang miskin, memulihkan yang sakit, membebaskan yang tertindas dan menjadi sahabat bagi yang diasingkan, sekalipun dalam prosesnya Ia harus merengkuh sengsara dan penderitaan, bahkan kematian.
Inilah perdamaian yang seharusnya diusahakan murid-murid Kristus, yakni mengambil jalan derita, bersedia menderita bersama dengan yang menderita; peduli kepada yang lemah, sakit dan butuh pertolongan; menjadi sahabat bagi yang berkeluh kesah dan sedang bergumul dalam keluarga atau pekerjaannya; menjadi orang tua yang terbuka dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan diri mendidik dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan, serta memberi ruang untuk mengemukakan pendapat. Dengan demikianlah kita menghadirkan damai Kristus dalam kehidupan sehari-hari, mewartakan Yesus Kristus, Sang Raja Damai yang menderita, yang turut menderita bersama umat-Nya. (Dian Penuntun Edisi 37).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- Bukalah Hati Kepada Tuhan (2x )
- NKB 74
- KJ 158:1,2,4
- Teruslah Berkarya, Tuhan Sudah Buka Jalan
- Mazmur 31:8-17
- PKJ 153:1-2
- PKJ 154:1-2
Tinggalkan Balasan