Renungan Minggu, 30 Juni 2019
Di tengah kemajuan teknologi dan maraknya percakapan di media sosial, ada banyak orang yang saat ini berani berpendapat secara terbuka. Kalau bukan pendapatnya yang orisinal, bisa juga meneruskan pendapat atau berita yang diperoleh dari orang lain, meski seringkali tanpa proses pemeriksaan kembali apakah pendapat atau berita tersebut benar atau tidak.
Riuhnya percakapan di dunia maya, seringkali membuat orang terlena dan mengabaikan tugas di dunia nyata. Termasuk riuhnya percakapan di seputar kehidupan politik di negeri ini, kadangkala membuat orang melupakan tugas dan tanggung jawabnya menjadi pelaku perubahan, dan bukan sekedar pengamat yang mengkritisi apa yang diperbuat oleh para pemimpin atau politisi negeri ini.
Demikian pula kenyataan akan betapa mewahnya kehidupan para pemimpin gereja (baca: pendeta), dengan mengatasnamakan “berkat Tuhan”, seringkali menjadi gunjingan sebagian orang Kristen, dan ironisnya, juga menjadi model bagi kelompok yang lain. Lantas model kehidupan Kristen seperti apa yang hendak kita tunjukkan?
Panggilan mengikut Kristus sama sekali jauh dari publikasi atau tawaran yang menggiurkan. Bahkan seringkali panggilan mengikut Kristus membuat banyak orang harus berani meninggalkan kemapanan dan kenyamanan. Lantas apa yang menyebabkan Kristus populer pada masa itu, baik di kalangan kawan maupun lawan?
Ketenaran Kristus dan orang-orang Kristen, memang tidak selalu berbuah manis, bahkan sejarah menunjukkan bagaimana Kristus serta pengikut-pengikutNya mengalami aniaya. Meski demikian, mengapa ada banyak orang yang tetap memutuskan mengikut Kristus sampai saat ini? Pasti karena Yesus menawarkan undangan untuk mengalami perubahan. Pertama perubahan hidup para pengikutnya, dan akhirnya, para pengikutnya menjadi agen perubahan secara nyata di tengah-tengah dunia ini. (Dian Penuntun Edisi 28).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- PKJ 6:1-2
- KPPK 170:1-3
- NKB 195:1-3
- PKJ 239:1-3
- PKJ 149
- NKB 143:1-3
Tinggalkan Balasan