Renungan Minggu, 13 Januari 2019
Persekutuan kita bersama Allah biasanya kita terima begitu saja menjadi bagian dari kepercayaaan kita bersama dengan Dia. Relasi kita dengan Allah kemudian berubah menjadi relasi yang menuntut untuk mendapat apa yang saya butuhkan dan inginkan. Kedekatan dengan Allah sering kali diterjemahkan untuk mendapatkan segala sesuatu (berkat).
Ada pernyataan yang mengatakan bahwa didoakan oleh seseorang Pendeta jauh lebih manjur daripada yang lain, karena diasumsikan Pendeta punya relasi yang dekat dengan Allah sehingga apa yang didoakan akan dikabulkan. Entah perkataan ini sekedar sebuah humor ringan atau sebenarnya menyimpan pemahaman dan pengharapan yang demikian.
Relasi cinta itu selalu dimulai dari Allah, Sang Cinta yang menyapa hidup manusia. Allah mengundang manusia untuk mengenal cinta Allah lewat tindakan penyelamatan Allah. Tindakan cinta Allah juga dinyatakan dengan memberi ruang bagi manusia masuk dan disapa sebagai umat yang dikasihi dan berharga di mata-Nya.
Di Minggu peristiwa baptisan Yesus ini kita diajak untuk kembali menyelami relasi cinta kasih yang Allah nyatakan bagi kita di dalam Yesus. Sama seperti jalinan relasi Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang saling menyatu, tak terpisahkan namun di saat yang sama memberi ruang bagi pribadi mewujudkan kedalaman relasi itu dalam ketaatan.
Di dalam relasi Trinatarian inilah kita diundang masuk dan menikmati relasi dengan Allah dengan cara yang baru. Di dalam Yesus, kita juga adalah anak-anak yang dikasihi dan berharga di mata Allah yang dituntun hidup menurut kehendak Allah untuk kemuliaan Allah. (Dian Penuntun Edisi 27).
Tinggalkan Balasan