Renungan Minggu, 28 Maret 2021
Setiap orang membutuhkan pujian dan dukungan. Namun bagaimana apabila kebutuhan tersebut menjadi terlalu posesif. Ia dengan segala macam cara akan berusaha untuk memperoleh pujian dari orang lain. Akibatnya ia berani menempuh tindakan yang membahayakan dirinya, misalnya: melakukan selfie di atas gunung dekat jurang, di atap gedung tinggi, atau tempat-tempat yang berisiko terhadap keselamatan hidupnya.
Menurut penelitian, ternyata orang-orang di generasi milenial, generasi Z dan Alpha rentan mengalami stres. Penyebabnya adalah karena kegiatan mereka di media sosial tidak memperoleh pujian sebagaimana yang diharapkan. Pada masa kini dukungan berupa tanda “like” menjadi sangat penting.
Seharusnya kita mencapai kesuksesan dan prestasi untuk memaknai hidup yang dianugerahkan Tuhan, sehingga kita memuliakan Dia melalui kehidupan kita. Tanpa sikap iman yang memuliakan Tuhan kita akan rentan kecewa dan putus-asa. Apabila pujian dan dukungan tidak diberikan sesuai harapan kita.
Kita dapat belajar dari kehidupan Kristus. Ia banyak melakukan mukjizat untuk menyembuhkan orang-orang sakit, kerasukan setan dan membangkitkan orang mati. Kehadiran-Nya memberkati dan menyatakan keselamatan dari Allah bagi banyak orang. Tetapi tidak sedikit dari orang-orang yang menyaksikan segala kebajikan dan pekerjaan mukjizat dari Yesus berubah menjadi kebencian.
Semula mereka mengelu-elukan Yesus selaku seorang Mesias dan Penyelamat saat Ia masuk ke kota Yerusalem. Tetapi dalam waktu yang tidak terlalu lama, orang banyak berubah sikap. Mereka berteriak dengan lantang agar Yesus disalibkan. Apabila ditelusuri ternyata sikap orang banyak yang menuntut Yesus disalibkan karena mereka dihasut oleh para iman kepala.
Di perayaan Prapaskah VI, kita belajar tentang realitas hidup yang paradoksal. Bagaimana kita mampu menguasai diri saat mencapai kesuksesan dan prestasi sehingga mendapat pujian yang bertubi-tubi? Kita bersyukur tetapi tidak takabur. Demikian pula saat kita menghadapi realita yang sebaliknya. Semua hal baik yang sudah kita lakukan ternyata dibalas dengan kejahatan. Air susu dibalas dengan air tuba.
Bagaimana sikap kita di saat dikhianati dan ditolak? Kita terluka tetapi tidak boleh putus-asa. Di dalam Kristus kita dimampukan mengalami pertumbuhan dan kedewasaan iman, sehingga pujian, pengkhianatan dan penolakan orang lain tidak berpengaruh dalam kehidupan kita. (Dian Penuntun Edisi 31).
Bacaan Alkitab:
- Mazmur 118:1-2, 19-29
- Markus 11:1-11
Bacaan Palem
- Yesaya 50:4-9
- Mazmur 31:10-17
- Filipi 2:5-11
- Markus 14:1-20
Bacaan Sengsara
Nyanyian Jemaat:
- NKB 74:1-3
- PKJ 48
- Kami Bangkit dari Abu (Bait 1,4)
- KJ 320:1-2
- KJ 303
- KJ 365b:1,5
- PKJ 232:1,2,4/li>
Tinggalkan Balasan