Renungan Minggu, 25 Juni 2017
Menjadi orang jujur di zaman sekarang itu susah. Banyak orang berkata kalau tidak berani mengambil resiko memanfaatkan setiap kesempatan (bahkan dalam arti negatif), ya tidak akan bisa hidup. Mumpung masih bisa, ambil sebanyak-banyaknya. Itulah hal yang jamak dilakukan dunia.
Sebuah hal yang salah ketika semua orang melakukan, maka berubah menjadi sebuah kelaziman bahkan kebenaran. Akibatnya bisa diduga, orang yang bertahan dalam prinsip kebenaran justru menjadi pihak yang ‘aneh dan asing’ dalam komunitas. Tidak sedikit orang Kristen yang lebih memilih bungkam terhadap ketidakbenaran dan bisu terhadap ketidakadilan. Panggilan untuk berkarya ditengah dunia, menjadi beban yang ditinggalkan, demi sebuah kenyamanan dan keamanan.
Memang ada sebuah resiko penolakan, resiko penderitaan yang akan dialami oleh pengikut Kristus ketika mereka diutus ke dalam dunia. Resiko menjadi utusan yang menyatakan kebenaran dan sekaligus dituntut setia dalam keadaan apapun.
Melalui perenungan khotbah hari ini, umat diajak untuk menghayati dan memahami bahwa penderitaan dan penolakan adalah hal yang tidak bisa dihindari saat umat menerima panggilan pelayanan. Umat diajak untuk tidak kehilangan kesetiaannya sebab tangan Tuhan senantiasa menyertai. (Dian Penuntun Edisi 24).
Tinggalkan Balasan