Renungan Minggu, 16 Juni 2013
Memperoleh kesempatan kedua adalah harapan setiap orang. Kita tidak pernah mau kegagalan dan kesalahan yang kita lakukan di hari ini memupuskan harapan akan masa depan. Tetapi sebaliknya, kita belajar dari kegagalan masa lalu untuk membangun masa depan. Setiap orang memiliki keinginan akan masa depan yang lebih baik betapa pun kelam masa lalunya. Sayang, besarnya harapan kita untuk memperoleh kesempatan kedua, tidak seiring besarnya kemauan kita untuk memberikan kesempatan kedua kepada sesama kita. Kita seringkali mengenakan stigma atas diri seseorang berdasarkan perbuatannya di masa lalu. Pada akhirnya, selalu saja ada orang yang tersingkir dan tersisih karena masa lalunya yang kelam. Terlalu sedikit kesempatan dan kepercayaan yang bisa kita bagikan kepada sesama.
Bacaan kita pada minggu ini berbicara kuat tentang anugerah pengampunan. Di satu sisi dinyatakan bahwa pengampunan adalah anugerah, yang berarti tidak ada peran serta manusia di dalamnya. Pengampunan adalah mutlak milik Allah. Perbuatan manusia dalam kebaikan dan pertolongannya tidak dapat dijadikan pembenaran untuk mendapatkan pengampunan.
Di lain sisi, bacaan kita menunjukkan apa yang kemudian mengiring pengampunan itu, yaitu perubahan sikap hidup. Anugerah bukanlah alasan untuk terus hidup di dalam dosa. Itu sebabnya orang yang diampuni akan mengalami perubahan hidup dan perubahan tersebut selalu mengarah kepada masa depan yang lebih baik.
Anugerah membuka pintu masa depan untuk bertindak lebih baik dan memaknai hidup lebih berarti. Hanya anugerah pengampunan yang bersumber dari kasih Kristus semata yang dapat menutup pintu masa lalu. Anugerah itu pula yang menjadi sumber kekuatan untuk berjuang menyatakan dan mewujudkan kehendak Allah di dalam hidupnya di masa kini, memberi yang terbaik untuk kemuliaan nama Allah. Bacaan kita di minggu ini mengajak kita untuk lebih menyelami makna anugerah dalam kehidupan orang yang diampuni. Ketiga bacaan dan mazmur menunjukkan kaitan yang kuat tentang pengampunan dan dampaknya dalam kehidupan. Hal ini bisa kita lihat dalam diri setiap tokoh pada bacaan kita, baik itu Daud, perempuan berdosa, para perempuan lainnya, dan Paulus.
Tinggalkan Balasan