Renungan Minggu, 4 Desember 2016 – Adven II
Media sosial telah membantu kita untuk mengekspos diri kita kepada dunia ini. Bahkan, banyak orang tidak hanya sekedar mengekspos dirinya begitu saja tetapi dengan sebuah tujuan untuk mempopulerkan dirinya pada dunia. Tidak jarang demi tujuan menjadi populer ia melakukan aksi yang ekstrim, unik dan bahkan yang berisi keanehan. Semua dilakukan untuk menarik dunia mengarah padanya. Istilah lain menjadi populer. Semakin ia menjadi percakapan maka semakin besar kemungkinan ia menjadi trending topic di media sosial. Popularitas pun semakin dekat padanya.
Hasrat manusia yang ingin memusat pada dirinya sendiri, yang egosentris dan narsistik, adalah tantangan yang ensensial dalam kehidupan manusia. Ia juga menjadi tantangan iman di dalam persekutuan umat Allah karena ia bersifat merusak dan menghancurkan persekutuan itu. Keterpecahan karena memusat pada diri akan membuat umat bukan hanya tidak bersatu dan rukun tetapi juga tidak memiliki satu suara dalam memberitakan kemuliaan Allah di dalam Kristus kepada bangsa-bangsa. Padahal ini adalah panggilan yang harus digumulkan dan diberlakukan di dalam perjalanan umat.
Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam Minggu Adven ke dua ini, kita diajak untuk belajar dari Yohanes Pembaptis, bagaimana ia menjadi pemberita yang tidak terjebak dalam hasrat popularitas diri manusiawinya tetapi justru menggunakan popularitasnya untuk menyampaikan dan memberitakan kemuliaan Kristus kepada setiap orang. Bagaimana Yohanes Pembaptis bisa menjadi pemberita tentang Tuhan Yesus tanpa terjebak pada hasrat popularitas itu? Bagaimana ia berkarya tanpa harus menjadi mulia tetapi justru memuliakan Allah? Siapa yang ia muliakan itu? Kemudian bagaimana kita menjadi pemberita Kristus dalam hidup kita. Untuk itulah, pembacaan hari ini penting kita dalami sebagai bahan refleksi kita menjalani Minggu Adven kedua. (Dian Penuntun, Edisi 22).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 76 :1-2
- KJ 91:1-3
- PPK 95:1-3
- NKB 70:1,5
- KJ 417
- PKJ 183:1-2
Tinggalkan Balasan