Renungan Minggu, 5 Februari 2017
Pelita sebagai terang tentu diletakkan di tempatnya (di atas kaki dian) agar terang itu terlihat di tengah kegelapan. Karena terang menjadi alat pandu dalam kegelapan. Ada dorongan dari penulis Matius agar umat Tuhan tidak perlu malu-malu menunjukkan ‘terang Tuhan’ yang ada dalam dirinya keluar dalam bentuk tindakan hidup, sebagai pandu hidup dalam kegelapan. Karena hasil karya umat untuk kemuliaan Tuhan buka untuk disembunyikan, namun untuk dipersaksikan dunia ini.
Pemazmur dalam Mazmur 112:1-10, menyaksikan bahwa orang yang takut akan Tuhan dan menyukai segala perintah-Nya akan berbahagia. Bahkan anak cucunya pun mendapat kekuatan dan berkat dari Tuhan. Bukan hanya itu, ia tidak akan kekurangan harta dan kekayaan serta kebajikan untuk selamanya. Bahkan meski dalam gelap, akan terbit terang bagi orang benar yang penuh kasih, penyayang dan adil. Bahwasanya di tengah situasi yang tidak nyaman pun, orang benar tetap menghasilkan terang.
Hubungan umat dengan Tuhan juga merupakan satu kesatuan. Kehadiran umat Tuhan di tengah dunia ini bukan tanpa tujuan. Allah khusus menciptakan dan memelihara manusia untuk menyatakan kehendakNya. Melalui sikap hidup dan tutur kata umat yang tentunya bersumber dari citra Tuhan Yesus Kristus sendiri. Termasuk ibadah yang dilakukan umat, seperti puasa yang tidak semata sekedar ritual minggu ini umat diajak untuk mencitrakan Kristus melalui segenap kehidupannya sebagai sebuah kesaksian ‘yang menerangi’ sesama dan dunia di dalam kegelapan. (Dian Penuntun, Edisi 23).
Tinggalkan Balasan