Renungan Minggu, 4 September 2022
Di dalam dunia media sosial saat ini, kita akrab dengan sebutan followers atau pengikut. Seorang followers atau pengikut di dalam dunia media sosial biasanya mengikuti jejak dari orang yang ia ikuti di media sosial. Para followers biasanya akan melihat kegiatan orang yang diikuti, memberikan komentar, bahkan tidak sedikit juga yang mengikuti atau membagikan kembali apa yang dibagikan oleh akun yang ia ikuti.
Sekalipun demikian para followers di media sosial tidaklah selalu mengikuti dengan setia orang yang ia ikuti. Hal ini karena jumlah orang yang ia ikuti sangatlah banyak. Fenomena ini juga mengingatkan kita akan kehidupan kita sebagai pengikut Kristus. Tidak jarang dalam hidup kita, kita bertingkah laku seperti followers di media sosial. Tidak selalu setia mengikuti Tuhan. Kita ikut tapi tidak setia.
Banyak orang yang menyebut diri Kristen tetapi tidak hidup sebagai pengikut Kristus. Demikianlah perkataan Kyle Idleman dalam bukunya “Not a Fan” yang dapat menjadi refleksi fenomena followers di media sosial. Hal ini sekaligus mengingatkan kita akan jati diri dan makna panggilan iman sebagai murid-Nya. Tuhan menginginkan agar kita mengikuti Dia seutuhnya tidak hanya sekadar menjadi pengikut dalam “keriuhaan” atau malah hanya penggemar.
Setiap orang yang ingin hidup dan bertumbuh menjadi murid-Nya perlu kembali menghayati motivasi dan memurnikan komitmen dalam mengikut Kristus. Sebab mengikut Yesus dan menjadi murid-Nya merupakan panggilan yang memerlukan segala sesuatu yang kita miliki, mengorbankan segalanya, sekalipun “membenci” sanak keluarga. Apakah kita siap dan bersedia? (Dian Penuntun Edisi 34).
Tinggalkan Balasan