Renungan Minggu, 24 September 2022
Keadilan bukan berarti sama rata. Keadilan juga bukanlah bersikap netral dalam sebuah perkara. Keadilan dalam Alkitab disebut tsedaqah (Ibr.) dan diakaiosune (Yun), dalam Bahasa Inggris diterjemahkan justice atau righteousness, yang berarti benar secara moral, pantas, tepat, bajik, dan berbudi luhur.
Jadi, keadilan di sini sama sekali tidak berarti netral dalam sebuah perkara, atau membagi sesuatu sama rata. Prinsip keadilan adalah selalu berlaku benar dan bajik, berpihak pada kebenaran, dan berbudi luhur. Orang yang adil bukanlah orang yang diam ketika ada masalah dengan alasan memilih untuk netral, melainkan orang yang berani menyuarakan dan melakukan kebenaran.
Keadilan dapat diberlakukan jika seseorang memiliki rasa kepedulian. Jika kita peduli, kita tidak akan tinggal diam ketika terjadi ketidakadilan. Kita akan berusaha untuk melakukan dan menyuarakan yang benar dan adil.
Dalam penindasan dan diskriminasi misalnya, orang yang peduli akan berlaku adil dan memperjuangkan keadilan dengan cara membela mereka yang menjadi korban penindasan dan diskriminasi. Ia akan melawan para penindas yang merugikan sesamanya. Desmond Mpilo Tutu, Uskup Agung Gereja Anglikan Afrika Selatan dan pejuang anti-apartheid, mengatakan, “jika Anda bersikap netral dalam ketidakadilan dan penindasan, Anda berpihak pada penindas.
Jika gajah menginjak ekor tikus dan Anda berkata bahwa Anda netral, tikus itu tidak akan mengapresiasi kenetralan Anda. “Tutu menyuarakan keadilan ketika banyak pihak yang memilih netral dalam situasi apartheid yang menindas dan mendiskriminasi masyarakat kulit hitam di Afrika Selatan. Bagi Tutu, orang-orang yang memilih bersikap netral adalah orang-orang tidak peduli dengan penderitaan mereka yang tertindas, dan berpihak pada para penindas.
Berlaku adil juga adalah dengan peduli terhadap penderitaan orang-orang yang mengalami kemalangan di sekitar kita. Orang-orang yang berlaku adil adalah mereka yang peduli dengan tetangganya yang sedang bergumul, saudaranya yang sedang kesulitan, bahkan orang asing yang membutuhkan pertolongan. Mereka tidak menutup mata terhadap penderitaan sesama.
Karena itu keadilan selalu berjalan beriringan dengan kepedulian. Melalui leksionari Minggu ini, kita belajar tentang pentingnya kepedulian dalam memperjuangkan keadilan melalui kritik. Nabi Amos terhadap Israel dan Yehuda atas ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan rekan sebangsanya serta melalui kisah Lazarus dan orang kaya. (Dian Penuntun Edisi 34).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 87:1-2
- PKJ 248:1-2
- NKB 93:1&4
- Mazmur 146:1-5
- KJ 298:1,3,5
- NKB 138:1-2
Tinggalkan Balasan