Renungan Minggu, 3 September 2017
Manusia memiliki keinginan, cita-cita, pemikiran, dan berbagai hal yang menyekitari hidupnya. Ada kecendrungan dalam diri setiap orang untuk mengikuti cara berpikirnya sendiri dan merasa enggan mengikuti apa yang dipikirkan orang lain. Salah seorang filsuf terkenal, Rene De Cartes, pernah membuat pernyataan ‘cogito ergo sum’ atau ‘aku berpikir maka aku ada’. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemikiran orang sangat dihargai; eksistensi diri seseorang diukur dari pikirannya.
Namun, dalam relasi dengan Tuhan, justru berlaku hal yang berbeda. Setiap pribadi yang hendak mengikuti Tuhan didorong untuk menyelami apa yang dipikirkan Tuhan. Jika mengerjakan apa yang dipikirkan sendiri, maka seringkali akan berbeda dan bahkan bertentangan dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Dalam hal ini, setiap orang perlu berproses untuk melihat masa depan menjadi tantangan untuk terus menyelami apa yang dipikirkan Tuhan.
Kehidupan orang-orang yang dipilih Tuhan pun tidak luput dari pergumulan menyelami apa yang dipikirkan Allah. Petrus yang sudah cukup lama mengikuti Yesus tidak luput dari keinginan memaksakan pikirannya sendiri. Yeremia juga terus bertanya apa yang sebenarnya dirancangkan Tuhan bagi hidupnya. Pergumulan menyelami pikiran Tuhan dalam hidup ini akan menjadi perjuangan tanpa batas yang perlu terus diupayakan umat Tuhan supaya hidup yang dijalani semakin berkenan pada Tuhan. (Dian Penuntun Edisi 24).
Tinggalkan Balasan