Renungan Minggu, 16 September 2018
Di era tahun 70-an ada lagu yang diberi judul “Tinggi Gunung Seribu Janji” dinyanyikan oleh Bob Tutupoly. Sebagian syairnya berbunyi ‘Memang lidah tak bertulang, tak sebatas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati’. Lirik lagu ini merupakan fakta atau kenyataan hidup manusia. Manusia kadang sulit menguasai mulutnya. Lebih mudah berjanji daripada menepati. Bicara dulu berpikir kemudian.
Ada banyak persoalan terjadi karena lidah yang tak dikendalikan dengan benar atau perkataan yang tak dijaga dengan arif. Ada banyak konflik terjadi karena kata-kata yang dikeluarkan dengan tidak bijaksana. Terjadi kekerasan secara verbal yang kemudian bisa berlanjut pada kekerasan secara fisik-psikis, baik secara individual maupun komunal. Akibatnya relasi dengan sesama menjadi rusak bahkan hancur berantakan.
Bahan kali ini ada dalam masa minggu biasa (ordinary times). Dalam masa ini, respon manusia mendapatkan tempatnya, menyambut karya anugerah Allah yang banyak dibahas selama masa raya Natal dan Paskah. Secara khusus bahan kali ini berisi respon manusia dalam menjalani hidup mengikut Tuhan dengan menjaga perkataan, supaya membangun kehidupan. (Dian Penuntun Edisi 26).
Tinggalkan Balasan