Renungan Minggu, 28 Maret 2010 (Pra-Paskah VI)
Pegunungan Himalaya yang terbentang di daerah perbatasan Butan, Tibet, India, Nepal, Pakistan, Burma, dan Afganistan merupakan pegunungan tertinggi di dunia. Puncak tertingginya adalah puncak Everest (8849 meter di atas permukaan laut). Banyak orang berusaha untuk menaklukkan puncak tersebut.
Tanggal 29 Mei 1953, Edmund Hillary, asal Inggris menjadi manusia pertama yang berhasil menaklukkan puncak Everest. Kesuksesannya menjadi sangat fenomenal pada zamannya. Apalagi pada waktu itu, Inggris baru saja pulih dari dampak perang dunia kedua.
Di balik kesuksesan Sir Edmund Hillary, ada suatu kisah yang menarik. Salah seorang wartawan memutuskan untuk mewawancarai salah seorang anggota tim pendakian Hillary. Ia adalah seorang penduduk asli Nepal yang bernama Tenzing Norgay. Norgay bekerja sebagai seorang sherpa, penunjuk jalan bagi pendaki gunung.
Wartawan itu bertanya, “Bila ia seorang penunjuk jalan, bukankah seharusnya ia yang berada di depan Hillary, berarti ia adalah orang pertama yang sampai di puncak Everest?” Tenzing Norgay menjawab bahwa memang benar ia berjalan di depan Hillary, tetapi ketika kurang satu langkah untuk sampai di puncak, ia menyingkir dan mempersilahkan Edmund Hillary untuk maju dan menjadi orang pertama yang sampai di puncak itu.
Wartawan itu penasaran, ia bertanya kembali, “Mengapa Anda lakukan itu?” Dengan tenang Norgay menjawab, “Karena itu bukan impian saya. Itu adalah keinginan Edmund Hillary. Keinginan saya adalah membantunya untuk mewujudkan keinginannya.”
Menjadi hamba bagi sesama bukan sebuah teori atau dongeng belaka, tetapi merupakan suatu wujud nyata dari sebuah keinginan hati. Adakah Anda memiliki hati seorang hamba?
Leksionari Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 6:1-3
- KJ 17:1-3
- KJ 36:1-3
- KJ 362:1-2
- KJ 367
- KJ 383:1-2
Tinggalkan Balasan