Renungan Minggu, 17 Maret 2019 – Pra-Paskah II
Pada Minggu Prapaskah II ini fokus bacaan Injil adalah Yesus yang berkarya memberitakan Injil, mengusir setan, dan menyembuhkan, walaupun dibayang-bayangi bahaya yang mengancam-Nya, yaitu kekuasaan Herodes, dan Yerusalem sebagai pusat kekuasaan dengan para pemimpin agama Yahudi yang berkonspirasi untuk membunuh-Nya. Posisi Yesus sama seperti nabi-nabi yang dibunuh di Yerusalem, yaitu kritis terhadap penguasa, sambil terus melayani rakyat yang membutuhkan pertolongan.
Sedangkan bacaan kedua situasinya berbeda. Jemaat Filipi tidak menghadapi penderitaan penganiayaan, melainkan tantangan yang terkait dengan kehebatan dan hidup hedonis ala Yunani Romawi yang ditawarkan kota Filipi, yang dapat menjauhkan jemaat dari jalan Yesus, yaitu jalan kerendahan dan penderitaan, jalan sebagaimana telah dilalui oleh Paulus pula.
Melalui kedua bacaan ini umat dapat belajar menghayati jalan penderitaan dan kerendahan yang ditempuh oleh Yesus. Sikap Yesus penting bagi gereja masa kini, agar gereja tidak sekedar bangga mengenal atau memiliki anggota yang berjabatan di tengah masyarakat.
Gereja dipanggil untuk bersikap kritis dan berani menyuarakan suara kenabian terhadap ketidakbenaran dan ketidakadilan. Gereja dipanggil untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan, tidak hanya bagi diri sendiri, melainkan bagi semua orang. Panggilan ini sejalan dengan panggilan untuk melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Sikap Paulus yang meneladani Yesus, dan menjadi teladan bagi jemaat, juga penting bagi umat masa kini yang banyak dipengaruhi kehebatan dan kenikmatan duniawi. (Dian Penuntun Edisi 27).
Tinggalkan Balasan