Renungan Minggu, 26 Juni 2016
Dalam sebuah riset yang diterbitkan oleh Pew Forum, disebutkan bahwa per Desember 2012, jumlah kekristenan di dunia adalah 2,2 milyar atau 31,5% dari jumlah penduduk dunia. Lihat dalam http:www.pewforum.org/2012/12/18/global-religious-landscape-exec/. Jumlah itu diikuti dengan penduduk dunia yang terdiri dari beragam kekristenan di dalamnya: Roma Katolik, Protestan, Ortodoks, bahkan berbagai aliran kekeristenan lainnya. Semua aliran kekristenan yang ada tentu memiliki ajaran, doktrin, sistem dan tata cara yang berbeda-beda tetapi panggilan mengikuti Yesus adalah panggilan abadi bagi manusia, untuk menjadi murid Yesus yang terus bersedia bergerak dan berkembang. Menjadi pengikut Yesus bukanlah diam atau stagnan, melainkan bergerak, aktif, berdinamika untuk semakin mengenal jalan kehidupan yang diberikan-Nya dan untuk menjadi para utusan-Nya di dalam dunia.
Sayangnya, ada orang Kristen di dunia ini hanya menjadi Kristen e-KTP saja, dalam arti secara legalnya adalah Kristen, tetapi bukanlah murid-murid sejati, ada pula orang Kristen yang imannya stagnan tanpa perubahan yang berarti dalam hidupnya, dan ada pula orang Kristen yang kehidupannya justru menjadi batu sandungan dan jauh dari tingkah laku pengikut Yesus dan menanggapnya sebagai hal yang biasa saja. Panggilan menjadi pengikut Yesus adalah panggilan menjadi murid, yaitu orang-orang yang terus-menerus belajar dan siap akan perubahan-perubahan yang lebih baik di dalam hidupnya. Murid sejati adalah mereka yang tidak pernah berhenti untuk belajar dari Sang Guru. Dalam proses belajar bersama Sang Guru itu, maka para murid diajar untuk fokus dan mengarahkan diri kepada kehidupan yang dipimpin oleh Roh secara terus-menerus, dan semakin meninggalkan kedagingan atau kehidupan yang penuh dengan ego diri. Menjadi murid Yesus adalah ketika kita hidup dalam sebuah peziarahan iman yang terus-menerus. (Dian Penuntun, Edisi 22).
Tinggalkan Balasan