Renungan Minggu, 18 Maret 2018 – Pra Paskah V
Di Minggu V Pra Paskah ini, umat diajak untuk memahami kembali tentang pernyataan Yesus yang memberitakan penderitaan dan kematian-Nya sebagai “saat untuk dimuliakan”. Tentulah mengherankan bahwa penderitaan dan kematian dihubungkan dengan kemuliaan. Sebab di dunia tempat kita tinggal, hidup yang mulia atau kemuliaan seringkali diukur berdasarkan materi. Dalam konteks masyarakat kita, digambarkan bagaimana manusia berusaha menunjukkan kemuliaannya berdasarkan materi yang dimilikinya.
Pernyataan Yesus tentang kemuliaan seakan menjungkirbalikkan pandangan dunia ini. Yesus mengajar pengikut-Nya untuk dapat meneladani hidup-Nya dengan bersedia mematikan dosa dan keinginan yang menggambarkan sikap takut kehilangan nyawa. Yesus mengajak pengikut-Nya untuk mengalami hidup yang sesungguhnya dengan bersedia seperti biji gandum yang mati dengan bersedia mematikan dosa dan keinginan yang tidak seturut dengan kehendak Allah.
Yesus memilih untuk seperti biji gandum yang mati dan bersedia kehilangan nyawa-Nya bukan karena Ia tidak berdaya terhadap keadaan, tetapi merupakan pilihan untuk setia kepada kehendak Bapa. Yesus bisa membuat pilihan yang tepat karena Ia memiliki visi yang jelas tentang hidup yang mulia.
Pengikut Yesus tidak diajarkan untuk menjadi korban dalam ketidakberdayaan, tetapi menjadi orang yang bersedia memilih untuk mengorbankan kepentingan dan keinginannya manakala itu tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jika visi hidup pengikut Yesus adalah melakukan kehendak-Nya, maka pengikut Kristus akan dituntun untuk membuat pilihan yang tepat dan tidak diombang-ambingkan oleh pop culture ataupun society pressures. (Dian Penuntun Edisi 25).
Tinggalkan Balasan