Renungan Minggu, 20 Desember 2015 – Minggu Adven IV
“Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita; yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria……” itulah sepenggal Pengakuan Iman Rasuli setiap Minggu diucapkan dalam kebaktian. Penghayatan akan peran Maria yang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menjadi ibu dari Sang Juruselamat dilakukan terutama pada masa Adven. Maria dipilih bukan karena ia adalah seorang yang hebat dan terkenal, namun justru karena kerendahan hatinya.
Hal ini tampak pada percakapan Maria dengan Gabriel, yang berakhir dengan kesediaan Maria menjalankan tugas yang sangat berat itu. Saat maria berjumpa dengan Elisabet, kerendahan hati itu kembali tampak; bahkan kerendahan hati itu tidak hanya bagi diri sendiri, melainkan bagi sesama, khususnya mereka yang direndahkan dalam masyarakat.
Perikop dari Luk 1:46-55 merupakan nyanyian Maria. Apa yang Tuhan lakukan kepada Maria menjadi antisipasi dan model apa yang akan dilakukan Tuhan kepada orang miskin, lemah dan tertindas dalam dunia. Keselamatan tidak hanya secara rohani dalam batin atau di surga, tapi konkret di dunia mulai dari sekarang ini: yang rendah ditinggikan, dan yang tinggi direndahkan. Yang lapar diberi makan, yang kaya disuruh pergi dengan tangan kosong. Yang berkuasa dan kaya bertukar tempat dengan yang lemah dan miskin.
Kerendahan hati Maria juga tampak pada kata “hamba Tuhan” yang ia ucapkan (ayat 38-48). Dengan menekankan Maria sebagai hamba Tuhan, maka kerendahan hati Maria menjadi role model bagi umat untuk: menjadi hamba-hamba Tuhan yang memberitakan kabar baik, melayani mereka yang menderita dan menjadi korban penindasan dan kekerasan. Maria adalah ibu Tuhan Yesus yang dipilih oleh Allah sehingga setiap umat meneladan kehidupan Maria yang rendah hati dan peduli dengan sesama. (Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan