Renungan Minggu, 31 Januari 2016
Misi gereja di dunia adalah menghadirkan damai sejahtera Allah di tengah dunia. Berangkat dari misi gereja tersebut, maka sebagai manusia, kita perlu menyadari perbedaan kualitatif antara Allah dengan manusia. Sebagai umat Allah, manusia tidak dapat ‘menghadirkan’ Allah secara fisik, melainkan yang dapat dilakukannya adalah menghadirkan damai sejahtera-Nya dan kasih-Nya. Kehadiran damai sejahtera dan kasih itu tampak lewat iman umat yang terejawantahkan dalam perbuatan yang nyata.
Karena panggilan kita adalah menghadirkan damai sejahtera dan kasih Allah, maka melalui tema minggu ini kita ingin diingatkan untuk hidup beriman dengan tidak hanya di-‘nina-bobo’-kan oleh ritus gerejawi tanpa ada tindakan yang nyata. Dalam menanggapi tugas dan panggilan yang sejati dari Allah, umat dengan latar belakang apapun – kelompok usia, jender, profesi, keterampilan – perlu secara serius beranjak dari pendengar kepada pelaku. Umat tidak lagi hanya dapat menjadi orang Kristen yang pasif, tetapi perlu menjadi orang Kristen yang aktif, yang melakukan kasih atas dasar keterpanggilan dan kerinduan, bukan insidentil ataupun situasional.
Layaknya Anda pergi ke sebuah tempat wisata yang baru anda kunjungi, dapatkah Anda langsung mengenal seluk-beluk tempat tersebut? Tidak. Anda butuh bantuan orang lain (guide) untuk memperkenalkan dan menjelaskan keunikan tempat wisata tersebut. Demikian pula dalam kehidupan beriman, umat Allah adalah guide, yang dalam kehidupannya berfungsi sebagai duta untuk memperkenalkan kasih Allah. Ketika dalam keseharian, kita tidak hidup dengan melakukan kasih, dan hanya membelenggu terminologi ‘kasih’ didalam khotbah ataupun Kebaktian Minggu, maka ‘kasih’ akan selalu kita nilai sebagai sesuatu pengajaran yang klise. (Dian Penuntun Edisi 21).
Tinggalkan Balasan