Renungan Minggu, 15 November 2015
Doa adalah napas hidup orang percaya – itulah ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya doa bagi orang beriman. Sama seperti orang yang tak bernapas akan mati, orang yang tak berdoa pun mati secara iman. Tanpa doa berarti tak ada relasi dengan Tuhan. Namun, tentu saja doa bukan sekadar formalitas atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, atau monolog dari manusia yang ditujukan kepada Tuhan. Doa semestinya merupakan relasi yang dekat dan intim antara manusia dengan Tuhan. Doa merupakan ungkapan isi hati manusia kepada Tuhan, serta mendengar suara dan panggilan-Nya.
Kitab Ibrani 10:22-25 mengingatkan kita tiga hal yang penting ketika kita datang ke hadapan Tuhan. Pertama, agar kita datang ke hadapan Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas, dan dengan keyakinan iman yang teguh (ayat 22). Nasihat ini berkenaan dengan relasi manusia dan Allah. Kedua, nasihat untuk teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan (ayat 23). Nasihat ini berkenaan dengan diri seseorang, atau relasi dengan diri sendiri, yaitu menjadi orang yang teguh dalam pengharapan. Ketiga, saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik, tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, saling menasihati (ayat 24-25).
Nasihat ketiga ini berkenaan dengan kehidupan berjemaat, atau relasi dengan sesama. Maka, melalui firman Tuhan ini umat diharapkan dapat menjalin relasi yang intim dengan Allah melalui doa dengan hati yang tulus ikhlas, tetap berpegang teguh pada pengakuan iman kita dan tetap memelihara persekutuan dengan jemaat dan sesama. (Dian Penuntun Edisi 20).
Tinggalkan Balasan