Renungan Minggu, 7 Agustus 2011
Penderitaan bergaul akrab dengan manusia sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Karena itu tidak ada seorang pun dari antara kita yang tidak pernah mengalami penderitaan. Penderitaan ini tidak hanya melahirkan tetasan air mata dan menghancurkan hati, tetapi juga bisa berdampak pada kehancuran iman. Relasi yang baik dengan Tuhan dapat menjadi sirna manakala kita tidak mampu menyikapi penderitaan dengan baik.
Sulitnya, pada saat mengalami penderitaan, kita jarang bisa berpikir secara jenih. Dengan mudahnya kita terseret oleh perasaan tidak berdaya. Semakin kira rasakan, penderitaan itu membuat kita semakin tidak berdaya. Energi kita terkuras habis. Hal ini membuat kita semakin menderita.
Kita juga sangat sulit untuk bisa menyikapi penderitaan dengan iman yang benar. Sebab seringkali pada saat penderitaan itu menimpa, kita tidak mampu memandang Allah dengan jernih. Pengalaman rohani hidup dengan Tuhan tertutupi oleh pekatnya awan penderitaan yang kita alami. Pada saat itu kehadiran Tuhan tidak mampu kita sadari.
Kesemuanya ini tentulah akan menghantarkan kita kepada penderitaan yang berlipat ganda. Pada saat seperti itulah kita membutuhkan pertolongan tangan Tuhan. Dan pada sisi yang lain, dibutuhkan kesediaan kita untuk membuka mata iman. Kita tidak boleh terus mengasihani diri atau merasa orang yang paling malang. Membuka mata iman dan menerima pernyataan Tuhan apa adanya, akan cukup membantu kita mendapatkan kekuatan iman untuk menghadapi penderitaan. (Dian Penuntun, Edisi 12)
Tinggalkan Balasan