Renungan Minggu, 1 Februari 2015 – Minggu IV sesudah Epifani
Banyak orang mengeluh tentang hidup yang semakin sulit dijalani. Biaya hidup melambung tinggi, kondisi kesehatan merosot dari hari ke hari, hubungan interpersonal makin renggang, konflik terbuka makin terlihat di sana-sini, kekhawatiran akan masa depan yang sulit makin besar, sampai pada hal paling hakiki, yakni setelah kehidupan di dunia ini diakhiri. Memang, hidup ini penuh tantangan dan misteri.
Ketika menghadapi tantangan hidup, manusia menunjukkan sikap berbeda. Sebagian orang lari dari kenyataan: sebagian lagi bersikap masabodoh dan menganggap waktu dapat menyelesaikan segalanya; sebagian lainnya berupaya mengatasi persoalan dengan mengerahkan segenap daya upaya. Berbagai macam sikap itu adalah reaksi umum yang kerap diekspresikan manusia. Bagaimana sepatutnya sikap orang beriman?
Bagi umat beriman, persoalan hidup patut dihadapi bersama Tuhan dan firmanNya. Berita Alkitab bukan hanya tulisan yang menyimpan wawasan ala kadarnya, melainkan firman Tuhan yang berkuasa. Meski tak secara harfiah, ia menuntun manusia untuk menjawab persoalan hidupnya sepanjang masa. Sekalipun ditulis oleh manusia, sejatinya, Alkitab adalah karya Roh Kudus yang penuh kuasa dan wibawa. Yesus adalah firman Allah yang menjadi manusia. Perkataan dan pengajaranNya mengandung kuasa. Maka, kita perlu menemukan prinsip Allah di setiap firmanNya, agar belantara hidup ini dapat kita rambah bersama Dia.
Pemberitaan firman kali ini mengajak kita memaknai pengajaran dan perkataan Yesus sebagai firman Allah yang penuh kuasa. Selain untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan dan sesama, firman itu juga berkuasa menuntun kita dalam menapaki hidup di belantara dunia. (Dian Penuntun – Edisi 19).
Tinggalkan Balasan