Renungan Minggu, 15 Desember 2013 – Minggu Advent III
Bagi sebagian orang, menanti bukanlah pekerjaan mudah. Tak jarang, masa penantian itu diisi dengan kegiatan sederhana, iseng, hanya sekadar membuang waktu. Godaan terbesar dalam menanti adalah rasa bosan. Itulah sebabnya, ruang menanti – yang lebih dikenal dengan ruang tunggu – di berbagai tempat dibuat senyaman mungkin, setidaknya supaya dapat menghilangkan rasa bosan. Ada alat pendingin ruangan, televisi, bacaan seperti koran dan majalah, ruang bermain anak, bahkan, kerap tersedia camilan dan minuman hangat. Akan tetapi, tujuan mereka yang duduk di situ bukanlah ruang tunggu itu sendiri. Ruang tunggu adalah tempat sementara.
Begitu juga dengan penantian kedatangan Tuhan. Menantikan kedatangan Tuhan tidak hanya berbicara soal nanti, saat Ia datang. Berpikir ‘nanti’ akan membuat kita hanya berfokus pada kapan waktu kedatanganNya. Pada gilirannya, sikap demikian menghasilkan prediksi atau ramalan akan waktu kedatangan Tuhan. Sejarah mencatat ada kelompok Montanis di abad kedua, juga Charles Taze Russel, pendiri dan nabi saksi Yehuwah, David Koresh, pendiri kelompok ranting Daud. Tentu banyak yang lain lagi. Semua mau membuktikan waktu kedatangan Tuhan. Memang, kedatangan Tuhan adalah hal yang amat penting. Akan tetapi, jangan dilupakan, kedatangan Tuhan tidak hanya penting untuk masa depan, tetapi juga masa kini dan di sini.
Menantikan kedatangan Tuhan juga berbicara saat ini, yaitu bagaimana persekutuan umat Tuhan yang menantikan kedatanganNya menghidupi nilai Sang Mesias yang dinantikan itu, di sini dan pada saat ini. Persekutuan umat Tuhan, atau gereja, menjadi tempat sementara orang menanti dengan penuh kegembiraan. Di tempat itulah tanda pemerintahan Allah tampak melalui kehidupan umat yang mengalami syalom, damai sejahtera bagi semua.
Tinggalkan Balasan