Renungan Minggu, 25 Maret 2012
Memuliakan Allah merupakan salah satu panggilan bagi manusia yang sering muncul dalam Alkitab, baik PL (mis: Hak 13:17; Mzm 22:24; Ams 3:9; Yer 13:16) maupun PB (mis: Mat 5:16; 1-Kor 6:20; Ibr 13:15). Itulah sebabnya, Johannes Calvin menjadikan panggilan untuk memuliakan Allah sebagai salah satu semangat reformasi, yakni lewat istilah yang kita kenal dengan Soli Deo Gloria (segala kemuliaan hanya bagi Allah).
Namun, panggilan tersebut bisa menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan ketika manusia sedang, atau harus menghadapi penderitaan. Serupa dengan bersyukur, tidak terlalu sulit jika dilakukan dalam situasi yang menyenangkan atau berkelimpahan. Tapi, bagaimana jika kita sedang menghadapi situasi yang menyakitkan atau berkekurangan? Mampukah kita bersyukur? Apakah Allah dipermuliakan di dalam dan melalui situasi tersebut?
Dalam bacaan ketiga, akan nampak bahwa penderitaan yang Yesus alami ternyata mendatangkan kemuliaan bagi Allah Bapa. Bagaimana hal itu bisa dipahami? Apakah Allah adalah Pribadi yang menyenangi penderitaan umatNya, sehingga dari situ Allah dimuliakan? Tentu, keyakinan teologis kita menolak hal tersebut. Selain itu, tema “Memuliakan Allah dalam Penderitaan” tidak mengharuskan kita selalu menempuh jalan penderitaan agar kita dapat memuliakan Allah. Namun, lewat tema tersebut hendak ditegaskan, bahwa sekalipun kita harus menempuh jalan penderitaan, panggilan untuk memuliakan Allah tetap dapat kita wujudkan. Teladan untuk itu dapat dilihat dalam diri Yesus- yang hendak dihayati dalam minggu Pra Paskah ini.
Tinggalkan Balasan