Renungan Minggu, 25 Oktober 2015 – Bulan Keluarga
Mempunyai hubungan yang akrab dengan Allah merupakan kerinduan kebanyakan manusia. Dalam sepanjang sejarah umat manusia, kita dapat menyaksikan berbagai usaha manusia untuk bertemu dan berelasi dengan Allah. Namun, iman Kristen dengan tegas mengajarkan bahwa hubungan manusia dengan Allah telah rusak, bahkan putus akibat dosa. Manusia tidak dapat memperbaiki hubungan itu kembali dengan usahanya sendiri. Bersyukurlah, ketika manusia tidak dapat mencapai Allah, Allahlah yang mencapai manusia. Allah membiarkan diri-Nya untuk dicapai oleh manusia melalui “Sang Perantara” yang disebut imam.
Kedudukan imam dalam Perjanjian Lama sangat sentral dalam kegiatan keagamaan bangsa Israel, karena hanya imamlah yang dianggap sebagai mediator, atau perantara antara manusia dengan Allah. Imam menjadi wakil Allah di hadapan manusia, dan wakil manusia di hadapan Allah. Tanpa imam, tidak seorang pun dapat langsung berhubungan dengan Allah. Bangsa Israel dapat menghadap Allah melalui peran imam dalam peribadatan. Penulis surat Ibrani juga menekankan peran Yesus Kristus sebagai Imam Besar (Ibrani 4:14-10:18). Bahkan, Yesus telah menjadi Imam Besar yang sukses menghubungkan kembali umat dengan Allah melalui korban Diri-Nya, yang Dia lakukan di kayu salib. Yesus telah memenuhi tugas penting seorang imam, yakni taat dan setia kepada Allah, sekaligus mengasihi dan menaruh belas kasihan kepada manusia.
Sebagai manusia yang telah mendapatkan keselamatan dari pengorbanan Yesus, apakah kita mau hanya berdiam diri, dan hanya menerima pengorbanan Yesus itu yang telah menghubungkan kita dengan Allah? Atau, sebagai umat percaya, kita menyadari panggilan kita untuk menjadi imam dengan mau meneladani pengorbanan Yesus yang telah mengorbankan Diri-Nya sebagai korban kepada Allah – korban ucapan syukur kepada Allah? Mari meneladani Kristus dengan taat dan setia kepada Allah, juga dengan mengasihi sesama. (Dian Penuntun Edisi 20).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- KJ 8:1-3
- KJ 402:1-3
- KJ 354:1,2
- PKJ 129:1,2
- NKB 181A
- Bersama Keluargaku
Tinggalkan Balasan