Renungan Minggu, 17 Februari 2019
Epifani memiliki arti penampakan atau perwujudan nyata. Epifani dalam tradisi Gereja Barat berkaitan dengan peristiwa orang majus yang melihat penampakan Yesus. Orang majus mewakili seluruh umat manusia. Dalam tradisi Gereja Timus, epifani berkaitan dengan peristiwa baptisan Yesus, di mana Allah menyatakan diri-Nya melalui Yesus yang dibaptis dan melalui suara serta burung merpati, Peristiwa ini adalah penyataan Allah bahwa Yesus adalah Mesias.
Penampakan itu memiliki media. Dalam traadisi epifani Gereja Barat dan Gereja Timur, penampakan itu berawal dari penangkapan indrawi dalam perjumpaan. Mata melihat Bayi Kecil di palungan, telinga mendengar bisik dan tangis kecil Sang Bayi, serta mungkin ujung jari merasakan lembut kulit halus-Nya. Dalam peristiwa pembaptisan, mata melihat Yesus dan kehadiran merpati, telinga mendengar suara Allah, dan cipratan air terasa lembut menyentuh kulit.
Pengalaman perjumpaan dan pengalaman indrawi melahirkan banyak pikiran dan perasaan. Perjumpaan orang majus dengan Yesus, melahirkan kesukacitaan. Perjumpaan dengan Yesus dan Allah membuat Yohanes mengokohkan imannya pada Allah dan pada Yesus Sang Mesias. Minggu epifani VI ini mengajak umat untuk terus mengupayakan perjumpaan dengan Allah. Perjumpaan ini melahirkan penguatan harapan.
Pada saat yang sama, kita perlu memperjumpakan Allah bagi mereka yang kehilangan harapan. Begitu banyak orang miskin dan lapar yang perlu berjumpa dengan Allah Sang Kasih yang siap menolong. Dengan perjumpaan itu mereka mengerti Allah adalah Allah Yang Baik. Mereka akan tahu dan termotivasi untuk tetap menaruh percaya pada Allah. (Dian Penuntun Edisi 27).
Tinggalkan Balasan