Renungan Minggu, 17 Maret 2024 – Pra Paskah V
Memilih adalah salah satu aktivitas kehidupan kita. Dari yang sederhana hingga yang kompleks. Memilih yang sederhana seperti mau makan apa, atau mau memakai baju warna apa, tentulah tidak memerlukan pergumulan yang berat. Akan tetapi, ada saatnya kita diperhadapkan pada pilihan-pilihan pelik yang tidak mudah untuk ditetapkan. Misalnya, memilih sekolah, memilih dokter, rumah sakit, dan berbagai pilihan lain yang membuat kita berada di dua pilihan yang tidak mudah.
Pada Minggu Pra Paskah V ini, kita semakin dekat dengan saat Yesus menderita dan mati. Pergulatan batin Yesus untuk membuat pilihan untuk lari atau tetap menempuh salib memang tidak terlalu tampak dalam Injil Yohanes. Sedikit saja di ayat 27 dikatakan, “Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.
Yesus adalah teladan atas ketidakgamangan dalam membuat keputusan yang tepat karena Ia memahami benar maksud kedatangan-Nya ke dunia ini. Oleh karena Yesus memahami benar maksud kedatangan-Nya, Ia mengerti ketika saatnya telah tiba untuk dimuliakan yakni dengan menempuh jalan penderitaan dan kematian.
Yesus menyongsong penderitaan dan kematian-Nya sebagai saat untuk dimuliakan dan ditinggikan untuk menarik semua orang datang kepada-Nya dan menyatakan kasih Allah bagi segala bangsa. Jalan kemuliaan yang ditempuh Yesus dalam bentuk penderitaan dan kematian bukanlah tragedi yang terjadi di luar kendali Allah.
Yesus mengetahui bahwa saat itu telah tiba, sehingga Ia menempuh jalan penderitaan itu di dalam ketaatan. Yesus juga menggambarkan diri-Nya seperti biji gandum yang harus mati supaya kemudian menghadirkan kehidupan.
Kebesaran kasih Yesus semestinya membuat kita takjub. Mengapa? Sebab kebesaran kasih itu ditempuh dengan jalan derita dan kematian. Jalan agung dan mulia! Di sinilah, keunikan kasih Yesus. Ia memperagakannya dengan sempurna dan kemudian mengajarkannya kepada kita untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah di tengah pelbagai pilihan kehidupan yang tampaknya menyenangkan.
Yesus mengajak kita untuk mengalami hidup yang sesungguhnya dengan bersedia seperti biji gandum yang mati dengan bersedia mematikan dosa dan keinginan yang tidak seturut dengan kehendak Allah. Yesus memilih untuk seperti biji gandum yang mati dan bersedia kehilangan nyawa-Nya bukan karena Ia tidak berdaya terhadap keadaan, tetapi semata-mata karena Ia memilih setia kepada kehendak Bapa.(Dian Penuntun Edisi 37).
Bacaan Alkitab:
Nyanyian Jemaat:
- Bukalah Hati Kepada Tuhan (2x)
- KJ 161:1-3
- KJ 28:1,2,4
- Teruslah Berkarya, Tuhan Sudah Buka Jalan
- KJ 439:1,2,4
- KJ 400:1-3
Tinggalkan Balasan