Renungan Minggu, 5 September 2010
Dapatkah manusia memilih hidup? Hidup nampaknya tak dapat dipilih. Ketika kita lahir, otomatis kita menjalani kehidupan dalam dunia ini. Suka atau tidak suka kita akan menjalani sampai kematian menjemput kita. Tetapi sekalipun kita tidak bisa memilih hidup atau mati, kita dapat memilih suatu ‘kehidupan‘ yang sesungguhnya atau ‘kebinasaan’ akibat ulah kita sendiri.
Tema ‘memilih hidup’ dilatarbelakangi dari nasehat atau pesan-pesan Musa terakhir kepada bangsa Israel sebelum Musa berpisah dengan mereka di seberang sungai Yordan. Musa menghadapkan bangsa Israel pada pilihan “kehidupan” atau “kematian”. Istilah kehidupan dan kematian adalah kehidupan dan kematian ini berhubungan erat dengan sikap iman Israel kepada Allah, yakni kehidupan yang berkenan kepada Allah atau kebinasaan dalam arti rohani.
Musa menegaskan kehidupan yang sesungguhnya bukanlah tanpa syarat. Ada harga yang harus dibayar yakni mengasihi Allah dengan segenap hati, setia kepadaNya serta kesediaan mentaati segala perintahNya. Tetapi jika bangsa Israel berbuat yang sebaliknya, mereka akan mengalami kutuk atau kebinasaan.
Bagi kita, memilih hidup berarti mengikut Yesus secara total, tidak setengah-setengah. Orang yang memilih hidup akan memperoleh kedamaian, kebahagiaan, sukacita yang tidak akan hilang sekalipun mereka harus memikul salib sebagai pengikut Yesus. Sebaliknya seorang dapat dikatakan memilih ‘mati’ ketika dia tidak mencintai Allah, mengabaikan perintah-Nya atau menolak Kristus. Kiranya Tuhan menolong kita.
Leksionari Alkitab:
- Ulangan 30:15-40
- Mazmur 1
- Filemon 1:21
- Lukas 14:25-33
Nyanyian Jemaat:
- NKB 7:1-3
- PKJ 6:1-2
- NKB 73:1-2
- NKB 162:1-2
- PKJ 7:1-3
- NKB 143:1-2
Tinggalkan Balasan