Renungan Minggu, 2 Februari 2014
Sabda Bahagia yang diucapkan oleh Tuhan Yesus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Salah satu orang yang terinspirasi oleh Sabda Bahagia itu adalah Mahatma Gandhi. Kehebatan Sabda Bahagia itu membuat dia dapat berujar yang kira-kira demikian bunyinya, “Ini adalah sabda seorang suci yang pernah ada, beruntunglah orang Kristen yang memiliki Guru yang demikian hebat. Dan seandainya semua orang Kristen mengikuti perkataan ini dengan baik, saya yakin sekali 90 % manusia di dunia ini akan menjadi Kristen, termasuk saya”.
Pernyataan Gandhi ini menunjukkkan bahwa banyak pengikut Kristus tidak mampu menjalankan Sabda yang disampaikan oleh Guru, Tuhan dan Juruselamatnya itu. Di dalam hidupnya Gandhi berjumpa dengan pengalaman-pengalaman yang menunjukkan bahwa banyak orang Kristen hidup dalam ketidakadilan, melakukan penindasan dan perbuatan tercela lainnya, Bahkan ia menjumpai negerinya sendiri dijajah oleh bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Semua yang tampak di mata Gandhi menunjukkan ironi atau penyimpangan hidup orang Kristen dari ajaran Yesus Kristus.
Banyak penafsir mengatakan bahwa kotbah di bukit merupakan ajaran Yesus yang universal. Ajaran ini disampaikan Yesus untuk mempersiapkan perjuangan-Nya mewujudkan Kerajaan Allah, sebuah kerajaan dimana Allah bertahta, dan mengajak umat-Nya hidup dengan nilai-nilai kebahagiaan seperti yang disabdakan Yesus di atas bukit itu. Sabda Bahagia itu masih dapat kita dengar hingga saat ini. Sebagaimana pada waktu itu Yesus memanggil murid-murid-Nya agar mendengar dan melakukan Sabda itu. Demikian juga dengan kita di masa kini. Sabda itu harus dijalankan dalam seluruh hidup kita.
Melalui pewartaan Firman hari ini, umat diajak mendalami inti Sabda Bahagia dengan keadilan dan perspektif Kristus yang tersalib serta mewujudkan Sabda ini bagi setiap sesama yang lemah dan tertindas. (Dian Penuntun, edisi 17).
Tinggalkan Balasan