Renungan Minggu, 11 November 2012
Memberi adalah suatu tindakan menyerahkan, membagikan, dan menyampaikan sesuatu kepada pihak lain. Dengan memahami pengertian tersebut, maka memberi bukan suatu tindakan yang mudah. Untuk dapat memberi, paling tidak, kita harus memiliki sesuatu yang akan diberikan. Kemudian, memberi juga tidak boleh asal-asalan, seadanya, sisa atau bekas. Memberi sesuatu harus yang terbaik.
Pada saat memberi, kita akan diperhadapkan pada beberapa pemikiran. Buat saya sendiri cukup tidak? Ketika memberi, sesuatu yang kita miliki akan berpindah tangan. Memangnya yang lain tidak bisa memberi, sehingga harus saya yang memberi? Kemudian, apa pertimbangan yang digunakan untuk mengambil keputusan memberi atau tidak memberi? Ketika hanya berhenti pada pertanyaan-pertanyaan di atas, kita tidak akan pernah memberi atau berbagi dengan sesama. Jika tidak pernah berbagi dengan sesama, kita tidak pernah dapat berbahagia (Kisah Para Rasul 20:35). Kebahagiaan tersebut timbul karena percaya pada pemeliharaan Allah atas kehidupan ini. Ia tahu apa yang kita butuhkan.
Kisah tentang dua orang janda yang terdapat pada bacaan pertama dan bacaan Injil menjadi bukti bahwa seseorang dapat memberi, meskipun dalam keadaan kekurangan. Melalui kisah itu, dapat dilihat bahwa janda sarfat itu memberi didasari oleh percaya kepada Allah. Kisah janda pada bacaan Injil tidak memberikan banyak keterangan mengenai dirinya. Mungkin ia seseorang yang sangat sederhana, sehingga penulis Injil tidak merasa perlu menjelaskan lebih lengkap tentang dirinya. Kisah ini memperlihatkan bahwa orang sederhana pun dapat dipakai Tuhan. Dalam membeli, orang harus memperhatikan motivasi dari tindakannya, dan motivasinya adalah teladan Kristus. Tindakan memberi ini mengikuti keteladan Kristus. Ia memberikan yang terbaik dari yang dimiliki, yaitu hidupNya. pengorbananNya di kayu salib membuktikan bahwa Ia dapat diandalkan sebagai pedoman kehidupan.
Tinggalkan Balasan