Renungan Minggu, 24 Januari 2010
Berbicara tentang interaksi jemaat dengan firman Tuhan, ada beberapa gejala yang patut menjadi perhatian kita. Banyak orang Kristen mencari kotbah-kotbah yang menarik dan menghibur, namun “terlalu malas” untuk membaca Alkitab sendiri di rumah. Pemahaman Alkitab tidak lagi diminati karena dianggap “terlalu berat”. Pembacaan leksionari dalam kebaktian terasa sangat panjang dan membosankan. Tidak banyak lagi orang-orang Kristen yang secara teratur membaca Alkitab setiap hari dan melakukan interaksi dengan firman Tuhan secara pribadi. Tidak sedikit orang Kristen yang melakukan saat teduh hanya dengan membaca renungan atau cerita yang ada di buku panduan, sementara teks Alkitabnya justru tidak dibaca.
Daftar di atas masih bisa diperpanjang, dan semua gejala di atas tentu saling terkait satu dengan yang lain. Misalnya pembacaan leksionari pada dasarnya tidak akan membosankan bagi kita yang sudah terbiasa membaca Alkitab setiap hari. Jika demikian, di manakah muaranya? Kesibukan dan keterbatasan waktu memang sering disebutkan sebagai alasan. Namun, itu bukanlah alasan yang sesungguhnya. Alasan yang sesungguhnya adalah menurunnya minat dan antusiasme orang-orang terhadap Alkitab. Apa yang akan terjadi apabila umat Tuhan tidak lagi berminat membaca kita Sucinya?
Apabila kita masih mengakui dan menyadari pentingnya Alkitab sebagai pegangan untuk menemukan kehendak Tuhan dalam hidup kita, maka kita perlu memperbaiki sikap kita selama ini. Mulailah untuk disiplin dalam membaca Firman Tuhan, baik dalam ibadah bersama, maupun dalam ibadah pribadi kita.
Dina Esterina mengatakan
Memang tidak mudah. Perlu disiplin. Siapa bilang cuma sekolah dan makan yang perlu disiplin. Ternyata memberi santapan rohani untuk diri kita jg memerlukan kedisiplinan.